Biasanya sebulan sekali Ratri mengunjungi neneknya di desa, sembari menempuh pun menyelesaikan tugas akhirnya. Lalu menyempatkan diri singgah sebentar di kota Yogya. Sekadar tuk menikmati alunan kenangan yang  tak henti dikagumi. Menyiratkan sebentuk cinta di titik ruas yang tak pernah sunyi.
Seperti saat ini. Ratri datang kembali tuk menemui mimpi. Dia sempatkan hadir sementara di Yogya lagi. Tak sanggup kiranya jika terlewat menatap. Guratan kota yang begitu memikat.
Kesederhanaan kota inilah yang menjadi awal sebuah pertemuan dengan separuh jiwa, Tyo. Jumpa pertama di stasiun kereta berlanjut mengurai beragam cerita. Meski tak banyak bersua. Namun Yogya menjadi persinggahan kisah yang terurai di antara romansa rasa.
Menyatukan segenap asa. Di sepenggal waktu yang teramat singkat. Kiranya tak mungkin dilewat. Ratri dan Tyo tak henti ikuti segenap nuansa yang menyelinap.
Ya, Ratri tak pernah punya banyak waktu tuk bersama. Dia hanya singgah sementara. Kemudian lanjut menuju desa di mana neneknya berada pun menyelesaikan segala kewajibannya. Esok kembali bersiap melalui stasiun kereta yang sama, menuju kampung halamannya.
Kiranya Tyo cukup memahami. Keadaan ini tak membuat mereka berkecil hati. Justru di sinilah tantangan sebuah jalinan mimpi. Menyatukan remah pun butir yang kerap menyingkapi.
Jikalau Ratri tiba di Yogya diajaknya tuk berkeliling kota. Ratri dan Tyo seakan menjadi bagian yang istimewa. Mengurai sebentuk kenangan saat menapaki kota pun sudut yang kerap disinggahinya.
"Yuk berangkat!"
"Kemana?"
"Menyusuri sudut Yogya."
"Ahahaa, siiiaaap tentu saja."