Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tanggal yang Tersembunyi

29 Februari 2020   08:34 Diperbarui: 29 Februari 2020   15:51 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : kumparan.com

"Ibuuu.... Kata temenku umurku gak nambah, apa iya Bu?" Jalu berlari sembari memeluk Ibu saat pulang sekolah siang itu.

"Kok bisa, siapa bilang umur Jalu gak nambah," jawab Ibu sambil mengusap air mata yang sempat singgah di wajah anak laki-laki berusia hampir genap delapan tahun.

Jalu Wulung Janeswara. Begitulah nama yang tercipta. Terselip doa doa indah di antara helai kata. Ibu dan Bapak Jalu berharap Jalu tumbuh menjadi anak laki-laki yang pemberani pun bijaksana dalam menghadapi dunia.

Rupanya Jalu nampak sedikit gelisah. Saat mendapati teman yang sedang berultah. Pun gurauan teman lain yang membuat hatinya gundah.

"Tadi Ziyad ulang tahun to. Bawa kue ke kelas. Umurnya nambah satu jadi delapan. Terus temen-temen bilang kalau umurku nggak mungkin bisa nambah, lha wong tanggal lahirku saja enggak pernah ada di kalender," isak Jalu semakin hebat.

"Hahaha ya enggaklah, sudah sudah ndak usah nangis lagi ya Le," Ibu berusaha menenangkan. Memeluk Jalu dengan penuh kasih sayang.

"Jalu sayang dengar ya Nak, umur Jalu setiap tahun selalu bertambah kok. Tahun ini saja Jalu genap berusia delapan tahun, sama seperti Ziyad," Ibu berusaha merajuk Jalu.

"Lihat, badan Jalu sudah tambah tinggi to? Sudah bukan bayi lagi lo. Sudah tidak pernah minta gendong Ibu. Karena Jalu sudah pandai berjalan bahkan berlari kencang. Iya kan?" Ibu mulai berhasil mendamaikan suasana.

Meski Jalu masih nampak sedikit risau. Namun dengan seksama dia menyimak kata demi kata yang dikisahkan Ibu.

"Iya ya Bu. Jalu sudah bisa jalan juga lari. Dan sekarang Jalu jago naik sepeda lo."

"Nah kan, Jalu anak pintar."

Jalu segera berlari menuju garasi. Diambilnya sepeda yang biasa dia tunggangi.

"Lihat Bu kaki Jalu juga sudah nggak nggantung! Nih nempel semua kan, keren ya Bu."

"Alhamdulillah. Iya, itu tandanya Jalu tumbuh setiap saat. Jadi tak usah mencari tanggal yang tersembunyi. Oke."

"Siap Ibuku sayang."

Jalu kembali urai senyuman sembari berlalu meninggalkan ibu yang berdiri di bibir pintu. Rupanya Jalu menuju ke arah taman di mana teman-teman sudah menunggu.

Dia tak hiraukan lagi tanggal yang tersembunyi. Baginya kasih sayang keluarga jauh lebih berharga. Keberadaan ibu dan bapak membuat Jalu bertumbuh menjadi anak yang sehat dan ceria.

***

Kini, Jalu melewati hari dengan riang hati. Dia berusaha sebaik mungkin apa yang bisa dilakukan hingga hari ini dan nanti. Setiap kali ditanya di mana tanggal lahir yang kerap ditunggu hadirnya? Jalu hanya mengurai tawa. 

"Tanggalku selalu ada buktinya aku tumbuh semakin tinggi dan gembira," begitulah celoteh Jalu tanpa gurat ragu.

Ibu bangga melihat perkembangan Jalu. Anak itu tak lelah membuat ulah, namun di setiap polah menunjukkan Jalu bertumbuh semakin hebat dan sehat. Pun shaleh dalam bersikap. Alhamdulillah.

Hal ini tentu sangat disyukuri. Sebab tak ada hal yang lebih membuat bahagia hati orang tua, selain anak yang tumbuh dalam dekap akhlak yang didamba.

Tambah usia tak harus ditandai sebuah tanggal. Nampak pun tidak, yang jelas Jalu tetap tumbuh dan berkembang.

Lihat, Jalu sekarang tambah tinggi bukan? Tambah pintar dan cerdas. Pun tangkas dalam berperilaku dengan sesama. Itu pertanda Jalu bertambah tak hanya dalam usia. Namun juga pribadi yang semakin bijaksana.

Tanggal hanya sebuah tanda. Tak perlu dicari di mana dia berada. Tenang, dia tak kan pergi. Kiranya hanya bersembunyi, tak ingin memperlihatkan diri.

Jika dibeberapa waktu tak menemukan dimana tanggal lahir itu. Percayalah dia tetap akan hadir meski harus menunggu setiap empat tahun berlalu.

"Tanggal yang tersembunyi itu kan tetap jadi milikmu. Selamat ulang tahun Jalu. Tahun ini tanggal itu benar-benar hadir untukmu," Ibu tersenyum sembari menyiapkan sepotong kue yang begitu istimewa, untuk Jalu.

Niek~
Jogjakarta, 29 Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun