"Hebat Mba kerja yang cepat," ucapku bangga.
"Harus itu, kalau mau jadi Srikandi wajib melesat," jawaban Mba Kas begitu bersemangat.
"Betul Mba salut saya sama panjenengan. Kuat dan hebat," aku tak bisa menyembunyikan kekagumanku pada Mba Kas. Sesosok Srikandi yang begitu tangkas.
Tetiba pandanganku tertuju pada setumpuk kain hijau yang diletak tak jauh dari warna warni benang yang agak sedikit kacau. Suasana ruang kerja Mba Kas tak seperti waktu lalu. Riuh penuh dengan kain bakal baju.
"Wah banyak pesanan Mba?" tanyaku kemudian.
"Alhamdulillah tadi Bu Wiwi kemari saya disuruh menyelesaikan beberapa seragam sekolah," ucap Mba Kas dengan wajah sumringah.
"Alhamdulillah, nderek bingah Mba. Semangat pokoke," rasa banggaku semakin menggebu.
"Wow apa ini Mba?" lanjut aku terkesima melihat beberapa makanan ringan yang berjajar rapi. Siap dieksekusi para pembeli.
"Itu titipan tetangga Mba, ntar saya dapat upah juga, Alhamdulillah. Bayaran kuliah Yusuf sudah saya lunasi. SPP Siti pun telah terkirim pagi tadi. Masya Allah leganya hati ini Mba," senyum bahagia jelas terurai dari wajah ibu yang penuh cinta.
Tangguh. Srikandi keluarga pantang mengeluh. Berbagai usaha dijalankan meski terurai peluh. Dan, siang itu perbincangan kami bertabur canda tawa. Sebagai rasa syukur terkabulnya doa.
***