"Alhamdulillah sehat. Cuma lagi sepi Mba. Kemarin terakhir kerjakan seragam, selesai. Belum lanjut lagi. Padahal Yusuf sudah mulai bayaran kuliah, ini awal bulan kan? SPP Siti juga harus segera dikirimkan," raut wajah yang mulai mendung. Membuat air mataku tak bisa dibendung.
"Sabar ya Mba," hanya kalimat itu yang terlontar dari bibirku. Rasanya aku tak sanggup menatap bola mata yang mulai berkaca.
"Oya, kebetulan saya mau jahit baju, gamis dan kemeja. Ukuran seperti biasa ya. Bentuknya manut njenengan saja," aku mulai membuka maksud kedatanganku.
"Alhamdulillah, makasih ya Mba rejeki memang datang tak diduga, ya kan?" senyumnya mulai merekah. Aku bahagia.
"Iya sama-sama Mba. Lihat njenengan senyum kembali saya jadi lega. Saya pamit dulu ya mau ke pasar keburu siang. Anak-anak sendiri di rumah," aku segera berlalu menuju kendaraan yang kusandarkan.
***
"Mbaa bajunya sudah jadi," satu pesan singkat kuterima lewat WA siang itu. Dari Mba Kas. Aku gembira. Mba Kas begitu lihai mengerjakan tugasnya.
Sangat cepat. Hanya lima hari menunggu. Tak sampai satu minggu, dua baju selesai diramu. Hebat. Srikandi satu ini memang gesit dan cermat. Kebetulan baju akan kukenakan pada acara keluarga pekan depan.
"Baik, saya ambil sekarang ya Mba," aku bergegas menuju rumah Mba Kas.
***
Mba Kas menyambutku di depan pintu. Kulihat urai senyum yang begitu memikat. Sudah dipastikan Mba Kas sedang bahagia sangat.