Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menelusuri Makna Cinta di Antara Gulita

11 Desember 2019   21:37 Diperbarui: 12 Desember 2019   09:45 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu, 9 Desember 2019, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Jogjakarta. Tetiba hujan lebat diiringi angin yang begitu hebat. Menerpa beberapa ruas daerah di Kecamatan Ngaglik hingga Widodomartani, Ngemplak, Sleman. Sempat merobohkan papan nama sekolah pun pepohonan yang menimpa beberapa jaringan listrik di sekitar pemukiman.

Pepohonan tumbang akibat hujan angin di jalan menuju Perumahan Wahana Praja, Widodomartani, Sleman. Sumber : grup WA Perum Wahana Praja.
Pepohonan tumbang akibat hujan angin di jalan menuju Perumahan Wahana Praja, Widodomartani, Sleman. Sumber : grup WA Perum Wahana Praja.
Seketika listrik padam hingga larut malam. Warga pun menuai kegelapan tanpa penerangan yang mapan. Hujan masih jua menembus kesunyian. Apalagi ketika rembulan tak jua tampakkan keindahan. Yang tersisa hanya seberkas kekhawatiran.

Seperti yang dialami warga lingkungan kami, Perum Wahana Praja. Kebetulan perum kami ini berada pada wilayah Kecamatan Widodomartani yang terkena dampak bencana.

Tiang listrik beton yang berada di sebelah Utara gapura roboh menimpa pepohonan disekitarnya. Listrik padam seketika. Hingga larut malam tak kunjung menyala. Tentu saja, sebab kerusakan yang ditimbulkan tak bisa segera diatasi. Harus menunggu esok hari.

Tiang listrik beton yang roboh di Utara gapura Perumahan Wahana Praja. Sumber : grup WA Perum Wahana Praja.
Tiang listrik beton yang roboh di Utara gapura Perumahan Wahana Praja. Sumber : grup WA Perum Wahana Praja.
Mengganti tiang bukan perkara gampang. Butuh orang yang biasa melakukan penanganan. Sehingga malam itu kami bersama dalam kegelapan. Hingga waktu yang tak bisa kami perkirakan. Mengingat kerusakan yang cukup lumayan.

Kami hanya pasrah diri. Ini adalah kehendak-Nya yang harus ditaati. Menelusuri kegelapan bukan hal yang menakutkan. Jika kita mau menyemat cahaya dibalik temaram malam. Bagaimana bisa? Tentu saja tak mudah menghadapi hal yang demikian. Karena kegelapan kan menuai kekecewaan. Menurut kita yang hanya menggunakan kacamata manusia biasa.

Lalu bagaimana menyikapi dengan bijaksana? Tentu kita harus mampu melewati jembatan keikhlasan. Tanpa hal itu tak kan mudah melepaskan diri dari jerat kegelapan yang mengelilingi. Apalagi tanpa bekal yang memadai. Sedang aneka tugas masih menunggu untuk dieksekusi.

Adanya pohon tumbang hingga jaringan listrik yang mengalami kerusakan. Tentu bukan hal yang diinginkan. Apalagi saat itu kami tak menyangka kan mengurai malam dalam gulita. Tak ada persiapan sebelumnya. Lampu LED pun emergency belum sepenuhnya tertata. Semua serba terbatas daya. Padahal anak anak masih mengurai PAS hari kelima. Mereka terpaksa membaca di tengah gulita dengan penerangan seadanya.

PAS hari kelima membaca di tengah gulita dengan penerangan seadanya. Sumber : Dokumen pribadi.
PAS hari kelima membaca di tengah gulita dengan penerangan seadanya. Sumber : Dokumen pribadi.
Ini sungguh menjadi hal yang sangat menggoda jiwa. Kemana harus menuang resah di dada? Barangkali masing masing diri yang mampu menjawabnya. Merupakan pelajaran yang sangat berharga. Menelusuri makna cinta diantara gulita.

Bagaimana tidak, selama ini kita dimanjakan dengan nikmatnya teknologi. Segalanya menjadi mudah tanpa menuai susah. Tak merasakan bagaimana mengurai perjuangan mendapatkan penerangan. Tinggal duduk manis menikmati hasil yang mengagumkan.

Saat tetiba dicoba, maka hanya bisa menopang kesedihan. Padahal dalam mendapatkan sesuatu pastinya butuh pengorbanan. Itulah arti penting sebuah perjalanan kehidupan. Tak selamanya dalam bingkai apa yang menjadi keinginan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun