Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Lansia serta Perjuangan Menggapai Bilik Suara

23 April 2019   16:49 Diperbarui: 23 April 2019   17:08 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : mediaindonesia.com

Rona yang begitu sumringah. Senyum tak berbalut resah. Namun bagaimana mencapai bilik suara dengan beberapa anak tangga di depan mata? Aha rupanya mereka telah menyiapkan mental sebelumnya. Hal ini begitu menarik perhatianku saat itu.

TPS 11. Tempat kami menapak jejak pada sebuah bilik suara. Tepatnya di sebuah pedesaan di pedukuhan Banglen, Widodomartani, Ngemplak, Sleman. TPS ini berada pada sebuah balai warga. Tempatnya memang agak tinggi. Terdapat beberapa anak tangga yang menyelingi. Untuk para lansia haruslah didampingi. Agar tak terjadi hal yang tak diingini.

Sumber : Dokumen Pribadi
Sumber : Dokumen Pribadi
Wilayah yang kami tempati ini memang begitu beragam. Tak hanya usia muda, pun juga lansia yang masih terlihat bugar juga semangat, tentu saja. Berbondong menggapai lokasi yang bertempat di dalam sebuah perumahan. Yang dihuni oleh berbagai kalangan.

Namun para lansia ini memang lebih banyak tinggal di pedukuhan yang berseberangan. Sehingga untuk mencapai bilik suara tentu harus dengan pendampingan. Ada yang berjalan ditemani keluarga. Ada pula yang diantar menggunakan kendaraan roda dua, pastinya agar mereka tak merasa kelelahan.

Aku yang sedari tadi mengamati langkah mereka. Para lansia yang dipanggil satu persatu ke bilik suara. Begitu bahagia walau mungkin lelah sudah pasti meraja. Sebab perjalanan panjang menggapai bilik suara tak hanya sebatas kaki melangkah. Namun butuh waktu tempuh yang lumayan jauh. Rupanya petugas telah bersiap sebelumnya. Untuk mendampingi agar tak mengalami kesulitan yang berarti. Ada juga kerabat yang menemani. Mungkin sudah menjadi sebuah tradisi. Ketika pemilu hadir dan menyapa mereka pun sudah terbiasa.

TPS kami memang sedikit berbeda. Tempat bilik berada terlampau tinggi untuk dijangkau para lansia. Yang tentu memiliki keterbatasan raga dalam menaiki anak tangga. Mereka harus perlahan, atau bahkan ada yang harus dibantu berjalan. Sebab dikhawatirkan terjadi hal yang tak diinginkan.

Sumber : Dokumen Pribadi
Sumber : Dokumen Pribadi
Sempat hati ini deg degan. Ketika salah satu lansia yang sudah teramat lanjut usia. Menaiki anak tangga dengan menggunakan tongkat. Terlihat berat. Gemetar namun tetap semangat. Masya Allah.

Pemilu kali ini memang terasa begitu marak. Antusiasme warga demikian hebat. Pun lansia tak menjadi penghambat. Mereka tetap berusaha mendatangi bilik suara dengan penuh semangat kuat. Meski harus menempuh perjuangan yang demikian jauh dan penat. Namun tetap dilakukan dengan harap tersemat. Menaiki beberapa anak tangga meski harus tertatih namun tetap dilaju dengan sigap. Seolah tak menjadikan sebuah beban. Perjalanan pun tetap mereka lanjutkan.

Kepedulian terhadap kemajuan bangsa ini begitu terlihat. Terbukti beberapa lansia yang tetap semangat dalam menggapai bilik suara. Walau terik menyengat, jarak tempuh yang mengurai peluh, serta dengan keterbatasan raga. Namun demi negara tercinta, seolah tak menjadi penghalang jalan. Datang untuk sebuah hak pilih pun mereka lakukan.

Tentang siapa yang mereka pilih, itu tak menjadi sebuah hal yang patut dipersoalkan. Tak pula menjadikan pudar semangat yang kian disulutkan. Yang terpenting saat itu bagi mereka adalah aspirasi yang dapat tersampaikan dengan bijak, sesuai hati nurani masing masing pihak.

Dan tentu saja semangat para lansia dalam menggapai bilik suara kiranya merupakan hal yang cukup luar biasa. Mengundang daya tarik tersendiri pada sebuah pesta demokrasi. Siapa pun yang akan terpilih berikutnya semoga bisa senantiasa amanah dalam mengemban tugas negara. Termasuk bagaimana memperlakukan lansia, para pejuang pemilu Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun