Pemilu memang sudah hampir satu pekan berlalu. Namun hasil akhir belumlah ditentu. Hanya harap yang kian menunggu. Siapa yang menjadi pemegang tonggak perjuangan selanjutnya? Masih menjadi sebuah tanda tanya.
Kiranya semua orang tau. Tentang bagaimana kita menggunakan hak pilih. Serta apa yang menjadi alasan kita memilih. Mana yang kita anggap sesuai dengan hati nurani. Maka itulah yang menjadi faktor penentu. Pada siapa kita menjatuhkan sebuah pilihan? Rupanya telah menjadi bagian dari sebuah perputaran roda waktu.
Aku hanya sebagian kecil dari rakyat jelata. Yang telah menggunakan hakku sebagai seorang warga negara. Saat itu, serempak bersama berjuta rakyat negeri tercinta. Berbondong menuju titik bilik suara. Sebuah fenomena yang jarang kita jumpa. Tentu tak kan disia begitu saja.
Pagi itu, kedua anakku yang kecil masih tertidur. Namun yang paling besar sepertinya sudah tak sabar.
"Ayo Bu," ajaknya.
"Kamu kok semangat banget ya Mas," kataku kemudian.
"Iya dong Bu kan ini saatnya pesta," Â jawabnya berbunga bunga.
Pesta? Ya pesta demokrasi, tentu saja. Pesta rakyat ini sungguh sebuah momen yang begitu dinanti datangnya. Dimana seluruh rakyat Indonesia dari kota hingga pelosok desa bersama ke titik dimana terdapat bilik tempat mencurahkan segenap perasaan cinta tanah air dan bangsa. Tentu sembari tersemat harapan agar Indonesia lebih baik untuk tahap berikutnya.
Hal ini kiranya tak hanya dirasa oleh usia muda seperti kita. Namun anak anak pun tak kalah semangatnya. Lalu bagaimana dengan lansia? Ah iya betul juga. Di daerahku cukup banyak terdapat lansia. Bahkan hampir 30% di tiap pedukuhan pasti ada lansia. Pun dengan berbagai latar belakang yang tentu saja berbeda. Ada yang masih terlihat sehat, ada pula yang harus dibantu alat atau bahkan ditemani kerabat dekat.
Beberapa hari sebelum hari H aku sempat mendapat kabar bahwa kartu suara ada yang tak bergambar, dan hanya berupa sederet tulisan saja. Pikiranku langsung tertuju pada wajah wajah lansia yang kerap hadir di depan mata. Tentu mereka mendapat perlakuan yang berbeda.
Betul juga. Ketika kaki kulangkahkan menuju lokasi bilik suara. Beberapa petugas keamanan tengah bersiap sedia. Kulihat sejumlah lansia telah hadir dan menunggu dengan wajah begitu sabar. Meski hati mungkin berdebar. Namun ketika nomor antri yang telah diterima, mereka pun maju satu demi satu menuju bilik suara.