Di Indonesia sekolah seolah menjadi kebutuhan yang kerap menjadi sebuah tuntutan. Orang tua pasti bangga jikalau anaknya mau segera bersekolah. Memang benar sekolah penting kiranya bagi kehidupan. Saat dimana anak mendapat pendidikan yang tepat.
Namun harus diingat, bahwa sekolah yang utama didapat anak idealnya adalah keluarga. Dan bundalah sekolah pertamanya.
Ya. Bunda merupakan sekolah pertama dan utama. Di tangan bunda anak mulai mengenal berbagai aspek kehidupan. Bersama bunda pula mereka mencoba belajar memahami berbagai sisi dunia. Dari hal yang sederhana hingga istimewa tentu dengan dekapan hangat yang selalu lekat.
Meski terkadang diliputi rasa bosan bahkan kerap timbul perbedaan. Namun bunda tetaplah sekolah terbaik bagi anak. Lalu bagaimana kalau bunda merasa tak pandai? Apakah akan menyerah hingga memberikan hak anak ke lembaga sekolah begitu saja? Dalam kondisi masih belum siap dan cukup usia.
Tenanglah. Bunda tak harus pandai. Cukup dengan belaian hangat, kiranya anak telah mendapat apa yang seharusnya didapatkan. Sekolah formal merupakan jenjang lanjutan yang dipijak kemudian.
Lalu bilamana seharusnya anak menapaki jenjang lanjutan tersebut? Sebetulnya masing masing anak memiliki karakter yang berbeda. Demikian pula dengan kesiapannya.
Ada tipe anak yang mudah diajak ke sekolah, seperti anakku yang ketiga. Ada pula yang masih nyaman di rumah, seperti anakku yang kedua. Dalam satu keluarga pun tak sama, apalagi antar keluarga yang berbeda.
Faktor usia juga harus menjadi perhatian. Perlu dipertimbangkan dengan matang. Jikalau terlalu dini, ada baiknya ditunda dulu. Jangan terburu buru. Sebab terlalu lama di sekolah pun kerap menimbulkan rasa bosan. Jika sudah demikian mogok sekolah terkadang bisa jadi penghalang.
Di Jogjakarta, usia di sekolah dasar negeri sudah mulai diterapkan minimal tujuh tahun. Tentu bukan tanpa alasan. Sebab di usia tujuh tahun anak dirasa sudah cukup siap untuk menerima pelajaran yang membutuhkan kegiatan "berpikir".
Usia tujuh tahun anak sudah mulai bisa menapak hal yang lebih kompleks. Meski dunianya masih tetap didominasi bermain namun pemikiran sudah selangkah lebih siap menerima hal baru dalam kehidupannya.
Hal tersebut kiranya yang membuatku menunda dua anakku untuk bersekolah tahun ini. Karena aku sadar mereka masih membutuhkanku, masih ingin disampingku, serta belajar bersamaku. Masa ini begitu indah, sayang jika terlewat begitu saja.