Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menilik Harmonisasi Bumbu dan Bangsa

9 Januari 2019   04:30 Diperbarui: 9 Januari 2019   04:31 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepertinya emak memang tak bisa lepas dari urusan dapur. Pagi, siang, bahkan malam masih saja belum bisa berpisah dengan dapur. Hingga obrolan pun terkadang kerap ada kaitannya dengan dapur.

Meski kadang direpotkan dengan urusan lain. Tetap saja berujung ke dapur juga. Tidur sebentar, ingat dapur. Bangun tidur, langsung ke dapur. Ada apa dengan dapur? Yuk ikuti kisahku.

Di dapur aku menemukan teman-temanku. Mereka yang kerap menemani hari-hariku. Ada peralatan makan, memasak, juga aneka bumbu dapur. Aha, bumbu dapur! Aku hampir tak boleh kehilangan mereka. Mereka adalah teman sekaligus sahabat karibku. Tanpa mereka, masakanku tak bermakna.

Mereka memberi warna pada rasa. Kadang aku berpikir, kok bisa ya? Maksudku kok bisa pas begitu. Padahal mereka punya karakter yang berbeda. Misal saja merica yang sedikit pedas. Lalu ketumbar yang agak hambar. Atau bawang putih dan bawang merah yang mengeluarkan aroma khas harumnya.

Kemudian mereka berpadu satu sama lain. Pintar juga manusia, memadukan aneka bumbu menjadi rasa yang begitu istimewa. Aku heran kok bisa harmonisasi diantara mereka itu begitu indah?

Bawang putih dipertemukan dengan ketumbar lalu dipadu dengan kemiri. Mereka menghasilkan cita rasa gurih. Bawang putih dan merica, memberi aroma segar. Bawang putih, bawang merah, lalu disentuh sedikit kencur, hmm harum. Apalagi kalau bawang putih bertemu dengan si jahe, bisa menghilangkan bau amis pada ikan.

Bawang putih rupanya menjadi icon yang kerap muncul di beberapa kelompok bumbu. Dia berperan dalam mempertajam rasa. Lalu menjadi panutan dan penguat sahabat para bumbu lainnya. Tanpa bawang putih masakan terasa hampa.

Begitupun bumbu lain, mereka adalah pelengkap yang tak boleh lenyap. Tanpa mereka bawang putih pun tak bisa melangkah. Sebab kesatuan langkah itulah yang menjadi alasan mengapa perpaduan rasa begitu kuat hingga menghasilkan aroma yang istimewa. Ah mereka begitu harmonis. Menarik sekali, menurutku. Begitulah sekelumit kisah dapurku, dan perasaanku terhadap para bumbu. Kagum.

www.dream.co.id
www.dream.co.id
Ah, tiba-tiba saja aku berpikir tentang bangsa ini. Lantas apa hubungannya bumbu dengan bangsa kita? Ya. Aku hanya mengumpamakan saja. Mari kita tilik bersama.

Seandainya bangsa kita bisa seperti para bumbu, yang berbeda namun saling melengkapi satu sama lain. Tentu akan senantiasa terjaga keharmonisan negeri hingga nanti.

Sebab keanekaragaman yang dimiliki negeri kita, tak bisa kita hindari begitu saja. Dengan aneka suku dari Sabang hingga Merauke, yang pasti mereka berbeda dalam berbagai kehidupan. Namun jika kesatuan selalu terjaga, maka perbedaan hanyalah sebagai simbol semata. Simbol menuju persatuan yang diharapkan.

Presiden dalam hal ini hadir sebagai icon utama. Sama halnya dengan bawang putih, presiden berperan sebagai penguat bangsa. Tanpa presiden, bangsa kan terasa hampa dan tak akan bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Jikalau bisa menjadi panutan negeri yang tangguh, maka bangsa pun kan semakin teguh, serta memiliki ketajaman rasa. Tak kan goyah oleh terpaan ujian.

www.bengkuluinteraktif.com
www.bengkuluinteraktif.com
Sedangkan rakyat memiliki peran seperti halnya bumbu pelengkap. Tanpa rakyat presiden tak bisa berbuat banyak. Sama seperti bumbu pelengkap yang membuat masakan semakin sedap. Perpaduanlah yang menjadikan rasa semakin mantap.

Begitu juga presiden dan rakyat, walau memiliki karakter berbeda. Namun perpaduan keduanya sungguh dinanti bangsa ini. Bagai harmonisasi para bumbu yang saling mengisi, saling menjaga rasa, serta memadu langkah demi satu tujuan. Yaitu cita rasa istimewa.

Begitupun bangsa kita. Jikalau menyatukan langkah, memadukan perbedaan, serta membuang perselisihan. Aku yakin langkah kan terjaga, rasa kan terjalin indah, dan hati terpaut pada satu kata "Bhineka Tunggal Ika". Dalam perbedaan tetap dipegang teguh persatuan.

Harapan kita semoga pemilu tahun ini, bangsa kita semakin cerdas dalam menentukan pilihan. Sehingga terpilih pemimpin yang bisa menjadi panutan serta penguat rasa bangsa. Pemersatu langkah menuju harmonisasi yang seiring sejalan dengan apa yang dicita-citakan.

Semoga yang diharapkan setiap hati tak hanya mimpi. Semoga yang diimpikan bukan sekedar angan. Semoga bangsa kita tetap sebagai bangsa yang nyaman di tengah keanekaragaman.

Bagai harmonisasi para bumbu yang mengandung makna sempurna, saling memperkuat rasa, dan percaya dengan apa yang dirasa, sebagai hal yang dipegang teguh dalam menentukan cita-cita yang diharapkan. Yakni kekuatan rasa yang berbeda namun bersatu menjadi kesatuan aroma.

Mari sukseskan pemilu tahun 2019 dengan cara yang bijak dan hati yang damai. Semoga Allah senantiasa meridhoi bangsa ini. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.

Polres Kebumen on Twitter
Polres Kebumen on Twitter
Jogjakarta, 9 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun