Mohon tunggu...
Uniek Kaswarganti
Uniek Kaswarganti Mohon Tunggu... Freelancer - Momblogger dari Semarang

Momblogger | Book & Music Lover | Matt Damon huge fan | also blogging via uniekkaswarganti.com in random theme

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mendaki dengan Penuh Cinta

17 Januari 2014   23:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:43 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lanjut lagi lebih ke timur menuju Kota Malang sebelum mencapai Terminal Tumpang yang menjadi start petualangan baru ke Gunung Semeru. Gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu menyimpan jutaan keindahan yang paling pas dinikmati untuk perjalanan beberapa hari (jangan terburu-buru bila ingin merasakan sensasi mendaki yang maksimal di sana)

[caption id="attachment_306690" align="aligncenter" width="465" caption="Ranu Kumbolo, 1994"]

1390012696444426732
1390012696444426732
[/caption]

Yang membuat selalu rindu untuk kembali lagi ke Semeru salah satunya adalah Ranu Kumbolo. Danau di atas gunung yang memiliki daya tarik luar biasa bagi para pendaki gunung. Airnya bersih dan sangat dingin, nikmat sekali diteguk saat dahaga luar biasa melanda.

[caption id="attachment_306692" align="aligncenter" width="459" caption="Oro-oro Ombo"]

13900128921896437917
13900128921896437917
[/caption]

Dari Ranu Kumbolo akan ada jalur mendaki terjal yang terkenal dengan sebutan Tanjakan Cinta. Ada mitos nih bila melalui tanjakan tersebut tanpa henti dan tanpa menoleh, maka harapan cintanya akan terkabul. Sayang sekali pada saat pendakian tersebut aku tidak memiliki harapan cinta apa pun, jadi sensasinya kurang terasa ;)

[caption id="attachment_306693" align="aligncenter" width="454" caption="Puncak Mahameru, 1995"]

13900131011856049558
13900131011856049558
[/caption]

Tentu saja yang paling mendebarkan adalah track saat hendak menuju puncak. Setelah plawangan (batas vegetasi) yang ada hanya pasir dan bebatuan. Tak hanya berat akibat jalur menanjak, namun lebih karena material yang ada di medan tanjakan tadi. Ibaratnya setiap dua tiga langkah kita akan kembali merosot satu langkah. Namun semua usaha keras itu tak akan sia-sia saat sun rise menunggu di ufuk timur. Bagaikan disapa oleh kekasih tercinta waktu berdiri di puncak gunung tertinggi se-Jawa itu.

[caption id="attachment_306703" align="aligncenter" width="446" caption="sesaat setelah turun dari puncak Kerinci"]

1390014374242545436
1390014374242545436
[/caption]

Tak hanya gunung-gunung di Jawa saja yang memiliki pesona luar biasa. Eksotisme pendakian pun juga terasa saat pada Maret 1995 aku dan lima orang rekan pendaki putri berangkat bersama ke kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Selain mengadakan penelitian tentang pengelolaan taman nasional, kami berenam juga mendaki gunung tertinggi di Sumatra, yaitu Gunung Kerinci setinggi 3.805 mdpl. Kami tak sekedar harus berusaha menaklukkan pendakian di gunung yang sama sekali belum pernah kami jamah. Di sana kami juga harus mengalahkan ego masing-masing setiap kali rasa capek dan homesick melanda. Maklum, masih ABG semua dan belum pernah bepergian jauh melintas lautan, apalagi tanpa dikawal para jagoan :)

[caption id="attachment_306704" align="aligncenter" width="463" caption="Istirahat pertama di Shelter II"]

13900153341043658907
13900153341043658907
[/caption]

[caption id="attachment_306706" align="aligncenter" width="297" caption="In Memoriam Adi Permana Adji - G. Kerinci"]

1390015565195216761
1390015565195216761
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun