Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengaku Millenials, Gen Wirausaha Pasti Ada pada Diri Anda!

27 September 2017   15:10 Diperbarui: 27 September 2017   15:46 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Gadis cantik nan belia itu memberikan kartu namanya. Chief Executive Officer (CEO) alias Direktur. Begitu tertera pada kartu nama sebuah perusahaan start-up yang diberikan. Umurnya baru 28 tahun, dan saat ini sedang melakukan "pitching" untuk calon investor di bisnis berbasis aplikasi yang dikembangkannya bersama tiga orang rekannya. Sejurus kemudian, dia dipanggil maju ke atas panggung, mempresentasikan bisnisnya dan mengapa beberapa calon investor harus membantu pengembangan bisnis gadis ini ke depan.

Saya bergumam, "keren". Bukan hanya soal kartu nama, tapi juga soal keberaniannya untuk bereksperimen di dunia kreatif digital. Dunia yang semua orang dalam ruangan "business matchmaking" ini sangat antusias.

Saya sendiri, datang sebagai undangan, ingin tahu saja, bagaimana mereka-mereka ini, anak muda yang bertarung ide gagasan. Selain para "Direktur" belia, juga beberapa lain karyawan. Mereka karyawan di berbagai industri skala menengah yang bersentuhan dengan teknologi. 

"Aduh"

"Ya ngga tau juga."

"Kayaknya nggak deh".

itu saja reflek beberapa dari mereka, ketika saya tanya, kenapa tidak menunggu saja sampai di posisi puncak di perusahaan. Survey kecil-kecilan malam itu di sebuah ajang presentasi ide dan pameran kecil produk aplikasi berbasis ekonomi kreatif menunjukkan, rata-rata mereka tidak mau merangkak menunggu jabatan.  Mata-mata yang saya tatap, mata kreasi, independen dan mau melakukan apa yang mereka mau. "Ngga banget" mungkin bagi mereka, menjilat demi posisi sebagaimana yang sering kita dengar dalam persaingan jabatan di perusahaan maupun institusi pemerintahan. Lebih baik "caow".

Bukan berarti mereka tidak loyal, namun berani mencari sesuatu yang baru. Millenials akan "stay" jika merasa perusahaan yang ada memenuhi ekspektasi mereka, termasuk soal kebebasan kreativitas dan gaya hidup internet yang mereka jalani.

Mereka menantikan ajang seperti ini, kompetisi kreatif dan mengikutkan mereka ke berbagai program pembiayaan start up maupun ajang kompetisi dan berbangga pad award atas kinerja perusahaan mereka misalnya mengikuti Danamon Entrepreneur Award 2017 yang sebagian besar anak muda pelaku usaha ekonomi kreatif di ajang yang saya temui diatas menargetkan.

Mereka, Millenials, kalau kata orang.

Millenials Mengubah Dunia Bisnis Masa Depan

Ada banyak pendapat soal generasi millenials. Ada yang berpendapat mulai dari 1980an hingga 2000an, dengan spektrum yang lebih luas. Atau, 1990an hingga 2000an dengan spektrum yang lebih mengerucut. Teori-teori menyebut soal Generasi Y dan Generasi Z, namun pada dasarnya, Millenials adalah semua orang yang "dewasa" pada saat setelah tahun 2000 (Milenium Baru).

Jadi, untuk tidak membatasi generasi Y dan Z serta generasi-generasi lainnya, banyak yang suka menyebut target masyarakat yang familiar dengan teknologi informasi dan komunikasi, terutama internet dan gadget sebagai "millenials". Paling tidak, mereka familiar dengan soal "update status" dan "belanja online" serta melakukan aktivitas di gadget tak hanya SMS dan Telepon tapi berbagai aplikasi lainnya.

Ahli demografi William Straus and Neil Howe menjelaskan dengan kalimat "Anda tidak dapat secara tegas menentukan garis pemisah kelompok hingga generasi itu mencapai umur yang cukup dewasa." Howe mendefiniskan Milineal di mulai dari kelahiran tahun 1982 hingga antara tahun 2000 -- 2006.

Disebabkan generasi Milenials ini adalah juga mereka yang terkoneksi di dunia siber melalui beragam platform sehingga millenials adalah "netizen" alias warganet yang memiliki identitas di dunia maya. Mereka ini, menurut survey sebenarnya adalah kaum yang "Me Generation" dan tidak betah dalam kungkungan lingkungan yang monoton.

Millenials lah yang "memaksa" dunia industri untuk memasuki era internet dengan masif. Merekalah yang dengan pengalaman uniknya membentuk ekonomi baru, mengubah cara berjual beli dan memaksa perusahaan-perusahaan mengevaluasi bagaimana mereka melakukan bisnis saat ini dan masa depan.

Millenials sangat optimis dengan prospek karier dan penghidupan ke depannya melalui perantara internet. Mereka akan menjadi 35% tenaga kerja produktif dunia pada tahun 2020. Dalam praktiknya, termasuk dalam hal melakukan berbagai pekerjaan. Tidak mengejutkan, banyak dari mereka tidak mau berada dalam satu perusahaan yang salam dalam waktu 10 tahun! Bahkan, banyak yang ingin membuat perusahaan (Startup/UMKM) sendiri. Ya, itulah mereka.

Millenials Tidak Mau Jadi Karyawan di Satu Perusahaan Seumur Hidup?

Senjakala manajemen Perusahaan, karena menurut fokus dari  Forbes, hanya 13% millenials yang mau untuk menapaki karir dari awal hingga ke puncak corporate leader dan menjadi CEO di perusahaan tersebut loh. Tengok saja, banyak perusahaan yang memiliki CEO dibawah 40 tahun, dan mereka memulai bahkan dari usia sangat muda, misalnya ketika menjadi mahasiswa dan menjadi CEO pada umur 27 Tahun saja, dibandingkan statistik generasi sebelumnya yang berumur 35 tahun. PERCAYA? Hampir 70% millenials dari berbagai survey di beberapa negara, lebih suka bekerja sendiri, berusaha sendiri, dan membuat bisnis dan usaha sendiri!

Jadi, gen wirausaha ada di Millenials ini. Tinggal bagaimana iklim usaha mendukung inovasi, ide, kreativitas para millenials sehingga banyak startup yang berkembang tak kemudian hancur berkeping-keping dalam hitungan bulan, seperti informasi dari catatan BEKRAF. Padahal, mereka yang akan menjadi tulang punggung perekonomian bangsa yang nantinya akan berbasis digital (Ecommerce)!

Di Indonesia, Millenials gampang sekali pindah kerja. Mudah sekali bosan. Itu kalau mereka merasa karier yang panjang, masa depan tak jelas dan lingkungan kerja yang monoton.  Dari obrolan saya di awal, mereka yang berkata "aduh, gimana ya" berarti belum yakin perusahaan yang sekarang adalah perusahaan yang "tepat". 

Berbeda pada generasi sebelumnya, mereka tak suka menunggu. Mereka mau berbuat sesuatu yang baru, beda, menantang dan bebas. Mereka suka kompetisi, suka profit dan suka duit untuk membiayai gaya hidup "millenials" mereka. Berwirausaha, membuat startup company bareng beberapa teman, sudah jadi hal yang secara natural, akan menarik bagi mereka, apalagi ketemu teman-teman yang memiliki ide yang nyambung. 

Gen Wirausaha ada di generasi millenials ini, tinggal lingkungan yang perlu mendorong. Dewasa ini, BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) dan beberapa lembaga investasi tengah mencari-cari bibit ini. Sangat positif untuk masa depan Indonesia yang akan bersaing fair melalui ekonomi kreatif dengan bonus demografi anak muda yang luar biasa ini. Cek saja, ada keinginan untuk melepaskan rutinitas kerja dan membuat sesuatu yang baru dan memiliki proyeksi profit pribadi (tanpa menunggu gaji bulanan dari perusahaan dan sikut sana sini), dan dengan optimis mengikuti berbagai program kewirausahaan hingga sampai ke ajang penghargaan seperti Danamon Entreprenurship Award dan sejenisnya, Anda mungkin juga millenials.

Jika mengaku Millenials,  Anda pun tak akan mau menapaki jenjang karier dari nol di perusahan swasta yang lekat dengan persaingan senioritas, tanpa tiba-tiba dalam kurun waktu empat tahun saja sudah berpindah ke "tawaran yang lebih baik" atau tiba-tiba mengumpulkan beberapa teman yang "se-ide" dan kepengen jadi pemilik usaha sendiri dengan memanfaatkan internet!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun