Akibatnya, bagi saya, rasa memiliki dan puas dengan sudah menjadi nasabah perbankan syariah semakin menguat dan semakin mantab. Anda bagaimana? Mungkin bisa kita elaborasi lebih jauh soal keuangan syariah yang waktu itu dipaparkan oleh para narasumber yaitu Pak Setiawan Budi Utomo, Deputi Direktur Pengembangan Produk dan Edukasi Perbankan Syariah OJK, memaparkan kampanye "Aku Cinta Keuangan Syariah".
Juga ada Pak Purnomo B Soetadi, Pejabat Eksekutif Consumer Retail Banking Bank Muamalat, menjelaskan tentang "Perbankan Syariah di Era Digital Banking". Tak lupa, agar peserta mampu bercerita dengan baik di tulisannya, Mas Iskandar Zulkarnain alias Isjet, Asisten Manager Kompasiana, memberi materi keren "Menulis Kreatif di Blog".
Konsep Filosofis yang Luhur
Coba tengok, konsep dasar ekonomi syariah sebagai landasan filosofis perbankan syariah ternyata dijelaskan adalah tercapainya kesejahteraan yangmencakup kebahagiaan (spiritual) dan kemakmuran (material) pada tingkatan individu dan masyarakat.
Tiga pilar yaitu Keadilan, Keseimbangan dan Kemaslahatan merupakan hal yang menarik dan cocok dengan kita sebagai umat beragama. Apapun agamanya, karena ini nilai universal. Bahwa aktivitas ekonomi berkeadilan artinya menghindari eksploitasi berlebihan, tidakproduktif, spekulatif dan sewenang-wenang.
Seimbang, artinya aktivitas sektor riil dan finansial seimbang, juga soal bisnis-sosial dan spiritual-material yang seimbang. Sedangkan orientasi kemaslahatan berarti melindung keselamatan peri kehidupan beragama, proses regenerasi, serta perlindungan dalam hal keselamatan tiga hal, jiwa, harta dan akal. Tidak hanya soal harta materi!
Aktivitas keuangan atau perbankan syariah ini juga dimulai dari fondasi yangkuat. Yaitu fondasi ekonomi syariah dimana Akidah berdampak pada akuntabilitas ketuhanan dan integritas yang diaplikasikan pada model dan prinsip good corporate governance. Kaidah syariah (hukum muamalah di bidang ekonomi) yang membimbing aktivitas ekonomi selalu sesuai syariah. Halal.
Lalu meletakkan tata hubungan bisnis dalam konteks kesetiakawanan (ukhuwah) guna kesuksesan bersama. Lalu ada fondasi akhlak yang membimbing aktivitas ekonomi senantiasa mengedepankan kebaikan sebagai cara mencapai tujuan. Jadi prosesnya pun berakhlak dan beretika.
Kesemuanya ini ternyata juga cocok dengan nilai luhur dan tujuan pembangunan Indonesia yang majemuk ini. Untuk masyarakat  yang sejatera. Jadi, tepat banget keputusan saya saat ini dan semakin mantab dengan keuangan syariah. Sudah makin cinta!