Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Dua Batas: Catatan Ketiga Jelajah Kalimantan Etape III

29 Januari 2016   08:23 Diperbarui: 4 Februari 2016   11:18 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tujuan utama perjalanan hari ketiga ini adalah perbatasan Malaysia Indonesia (Malindo) yang disisi Indonesia adalah Entikong dan disisi Malaysia adalah Tebedu.

Perjalanan menempuh waktu kurang lebih 3 Jam dari Hotel Hong Long, Ngabang, dan saya menjadi driver pertama untuk sampai ke Entikong.

Sekali lagi, diperjalanan, suguhan alam indah antara awan, langit dan hijaunya Kalimantan membawa suasana baik di dalam hati. Terlebih, kami masih punya sisa buku untuk anak-anak di perbatasan.

Batas Yang Jelek dan Yang Keren

Tiba di entikong, tentu foto-foto dulu. Dan kelihatan pagar dan gerbang yang sudah tua, dan geliat pembangunan mulai dilakukan, sepertinya pasca perhatian pemerintah yang cukup intens dengan perbatasan ini beberapa pekan dan bulan lalu. Hmmm...

Kelihatan kalau puluhan tahun tak menjadi perhatian. Ini disisi Indonesia loh. Disisi Malaysia alias Tebedu, sangat rapi dan bersih. Walau kita hanya melihat dari jauh. Gerbangnya jelek sih yang Indonesia.

Apalagi, Tebedu memiliki Port dimana bongkar muat dan aktivitas ekonomi lebih hidup. Ibukota di Malaysia yang terdekat adalah Kota Kuching, sedangkan di Indonesia, Pontianak, Kalbar.

 

Tapi yang keren adalah mobil pribadi. Ya, sekelas avanza xenia seliweran. Terbalik dengan Malaysia yang seliweran di perbatasan adalah sedan-sedan proton Jadul yang jelek. Mungkin kelas-kelas kismin alias miskin yang lewat hehe.. kalau kelas atas naiknya pesawat.

Satunya Avanza yang bagus, satu lagi Proton yang jadul.

Nah. Soal angkutan umum, alias Bus-bus, maka kebalikan. Indonesia punya yang jelek-jelek. Ya kayak mobil-mobil AKAP Jawa gitu deh. Malaysia, hmmm, mobil Bus nya sekelas Bus Pariwisata! Hehe

Risers antusias menggali informasi di perbatasan

Apalagi yaa. Yang Keren, polisi Indonesia. Pakaiannya menurut saya. Cucok. Kalau di Malaysia, kayaknya bukan Polisi malah kesannya kayak Satpam kalau di Indonesia. Yang jaga border pakai rompi dan seragam. Kalau di Indonesia mah, Brimob dan tentara. Eh tapi, bisa jadi, kita yang ke-lebay an. Soalnya banyak orang kita itu takutnya lihat seragam. Bukan peraturan. Nah loh.

Namun, perbedaan yang lucu-lucuan di atas itu sebenarnya tak pernah jadi masalah loh.

Antara Malaysia dan Indonesia ngga ada problem. Cuma emang banyakan TKI Indonesia yang melintas ke Malaysia. Sebaliknya, dari Malaysia orang ke Indonesia cari Puskesmas kali hehe. Pusat Kesenangan Mas-mas. Ini sisi jelek dua-duanya. 

Selesai berpuas dengan selfie dan foto di berbagai sudut di bagian Malaysia,  kami kembali ke sisi Indonesia. Di tengah keduanya adalah Zona Bebas. Jangan bayangin zona kayak di fim-fim perang ya. Soalnya ini cuman sekitar 50 meter persegi deh.

Foto bersama para risers di perbatasan (foto : DRE)

Di serem-seremin katanya ga ada hukum yang berlaku. Ya iya. Tapi apa iya seumur idup di 50 meter persegi. Pasti ke Malaysia or Indonesia hahaaha..

Siang nya kami makan siang. Waktu yang tepat untuk mencari anak-anak di perbatasan tuk bagikan buku. Setelah sholat dan makan siang, kami mencari anak-anak disekitar. Tak perlu susah, ternyata mereka banyak berkumpul di sekitar.

Seru! Buku-buku direbutin. Sayang jumlah anak ngga sepadan dengan jumlah buku yang ada. Jadi, mereka memelas meminta, mau om, mau om, bukunya..

Anak-anak Entikong antusias membaca buku (foto : riser 1)

Bagaimana lagi, kami sudah kehabisan stok.

Namun kami ada ide, kami video-kan saja mereka!

Mana tau, dengan mereka meminta sendiri, maka ada pihak yang mau mengirimkan buku ke Entikong, yang banyak!

 

Batas Endurance

Naah, setelah puas bercengkrama, ambil foto, makan siang, ngopi-ngopi, kami kembali pulang ke arah pontianak.

Pulangnya, kami menuju Jembatan Kapuas Tayan yang nge-hits itu. Sayang, karena kesorean, ngga banyak yang bisa dieksplor, tapi cukuplah untuk nge-jembreng-in mobil-mobil Risers yang sudah sejauh ini perjalanannya!

Apalagi, jalan menuju Tayan itu parah abis. Masih perbaikan dan jalanan rusak dimana-mana. Suspensi Datsun GO yang dipakai ternyata masih enak. Disini diuji kehandalannya. Nyatanya, Alhamdulillah semua lancar. Keren juga ni mobil kecil-kecil cabe rawit.

Banyaknya truk yang sering bergandengan dari arah berlawanan dan juga ketika kita mau menyalip membutuhkan koordinasi yang tinggi. Beruntung, tim Risers dilengkapi alat komunikasi radio yang dikomando dari Mobil Road Captain (RC) paling depan.

Batas endurance, durability dari Datsun GO teruji antara mobil dan pengemudi (sopir dan navigator). Hasilnya mantab, kombinasi yang ada dan ketangguhan Datsun GO membuat kita bisa lalui jalan jelek ini sampai ke Tayan.

 

Oya sebelum ke Tayan, kami mampir dulu di sebuah pasar untuk membeli oleh-oleh khas malaysia. Apapun yang berlabel Made in Malaysia deh pokoknya hehe.. Karena jadwal memang padat, kami perlu manfaatkan kesempata ini.

Mencari berbagai produk yang berlabel made in malaysia maupun yang tak ditemui di Indonesia (foto : dudi)

Dari Tayan, perjalanan ke Hotel ditempuh sekitar 3 Jam lagi. Nah, ini juga perjalanan yang membutuhkan fokes fokes hehe.. Fokus mengemudi dan konsentrasi karena selain kondisi hujan, mengemudi malam ada tantangan sendiri. Batas Endurance Datsun GO masih “lenting”.

Dengan dukungan musik trance dan house dari USB yang dicolok, membantu harmonisasi antara Kecepatan cukup tinggi dan ketepatan driver mengemudi dalam rangkaian konvoi, di gelap malam dan rintik hujan.

Tiba di Gardenia Hotel, jam 9 malam. Kami tak lantas istirahat, tapi mengumpulkan foto terbaik ke tim Datsun dan Kompasiana untk dinilai.

Oke, itu aktivitas saya dan tim kemarin, dan nantikan beberapa hari lagi tulisan pamungkas dari rangkaian perjalanan ini!

foto : DRE/Dudi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun