Posyandu demikian populer dengan Balita sebagai kata pertama yang muncul di benak kita. Walau mungkin kepanjaangan Posyandu pun terkadang kita luput. Ternyata ada pula sebuah lembaga lain yang disebut dengan Posyantek. Dan ini jauh berbeda dengan Posyandu dari sisi layanan, namun dengan kesamaan dari sisi "filosofi" operasionalnya.
Posyantek adalah Pos Pelayanan Teknologi yang tersebar di setiap kecamatan di Indonesia. Hal utama dari Posyantek adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di wilayah kecamatan melalui pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG).
Dalam menempuhnya, Posyantek memiliki berbagai kegiatan yang antara lain terkait dengan memberikan layanan teknis, informasi, dan promosi tentang berbagai jenis TTG kepada masyarakat, meningkatkan kualitas dan kuantitas berbagai jenis produk yang dihasilkan Usaha Kecil dan Menengah di Masyarakat (UKM) serta menjadi jembatan masyarakat sebagai pengguna TTG dalam rangka pemanfaatan TTG.
Adapun ihwal Posyantek sudah dimulai sejak Instruksi Mendagri No. 27 Tahun 1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Mendagri No. 18 Tahun 1992 tentang Pemanfaatan TTG. Kemudian Instruksi Mendagri No. 24 Tahun 1998 tentang Operasionalisasi Posyantekdes, serta yang lingkup nasional terakhir yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 Tahun 2010 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Teknologi Tepat Guna.
Di DKI Jakarta, Instruksi Gubernur Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pembentukan Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna (Posyantek) Kecamatan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dengan Camat sebagai Ketua Umumnya menjadi landasan dibentuknya Posyantek. Selain itu Peraturan Gubernur No 88 Tahun 2011 Tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengolahan Teknologi Tepat Guna menjadi aspek penting eksistensi Posyantek di DKI.
Dalam perkembangannya, secara bertahap Posyantek menjadi “gerakan” dimana secara praktis, warga masyarakat secara independen mengelolanya dengan bantuan sekretariat dan infrastruktur dari kecamatan.
Posyantek diharapkan menjadi Pusat Informasi, Fasilitasi, dan Promosi Teknologi Tepat Guna (TTG) bagi masyarakat saat. Walau selama ini masih banyak Posyantek yang sulit berkembang, namun Pemerintah DKI optimis dengan berbagai program terutama di tahun 2014 nanti Posyantek akan berdaya dan sangat membantu dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Posyantek memiliki karakteristik yang dibangun dari masyarakat secara mandiri, gotong royong dari tokoh-tokoh masyarakat, masyarakat umum dan tentunya pelaku usaha kecil dan menengah di kelurahan namun berkoordinasi dengan kecamatan misalnya dalam hal sekretariat yang disediakan.
Sebagai contoh, di DKI Jakarta, walau kita mungkin tak tahu, ternyata, Posyantek sudah berdiri di 44 kecamatan yang ada secara lengkap. Hanya saja, baru 11 kecamatan yang dijadikan semacam “pilot project” agar bisa dicontoh juga oleh Posyantek lain. Pembinaan Posyantek ini merupakan tanggungjawab dari Bidang Teknologi Tepat Guna, Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMKB) DKI Jakarta. Di tahun 2009, baru 5 Posyantek yang dibentuk sebagai percontohan oleh BPMKB yaitu:
1. Posyantek Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat
2. Posyantek Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara
3. Posyantek Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat
4. Poyantek Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan
5. Posyantek Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur
dan rencananya akan bertambah menjadi 11 termasuk di Kepulauan Seribu.
Dalam perkembangannya sejak diresmikan, banyak sekali program pengembangan Posyantek seperti Lokakarya dan Training of trainer dilaksanakan, serta menetapkan Posyantek-posyantek terbaik yang sudah mapan sebagai percontohan, sekaligus diikutsertakan dalam Lomba Posyantek tingkat nasional setiap setahun sekali.
Dalam hal misi sebagai pusat informasi, tentu Posyantek harus technology minded. Artinya selain Posyanteknya terkoneksi internet, pun SDM Posyantek harus “melek IT”. Oleh karena itulah, operator Posyantek harus juga giat mendalami internet, social media dan blog sebagai alat dalam optimalisasi UKM di Posyantek.
Selain masalah kecakapan IT dari operator, untuk mendukung optimalisasi Posyantek ini, maka upaya dari berbagai pihak patut dilakukan. Mulai dari bagaimana pengelola dan operator Posyantek harus dapat mengoptimalkan sekretariat dan perangkat teknologi informasi yang ada untuk mengoptimalkan pelayanan kepada UKM-UKM yang tersebar di kecamatan. Hal ini bertujuan agar UKM yang ada mampu memanfaatkan teknologi tepat guna dibantu dengan Posyantek sebagai pusat diseminasi, sosialisasi dan difusi teknologi.
Teknologi seperti apa yang dapat membantu masyarakat UKM meningkatkan produktivitasnya, seperti apa panduan penggunanya, hingga urun beli alat teknologi tepat guna yang bermanfaat, mungkin menjadi salah satu isu mengapa Posyantek sebagai aspek kelembagaan yang penting dalam kaitannya UKM dan Teknologi (tepat guna).
Misalnya, diharapkan di setiap kecamatan dimana Posyantek ada, yaitu 44 kecamatan di DKI Jakarta, menjadi unit yang bisa melayani dan menjadi pusat informasi yang dapat diandalkan. Juga menjadi tempat pelatihan eliterasi seperti pengoptimalan internet dan sosial media dalam mendukung usaha para UKM binaan Posyantek.
Para operator Posyantek selain harus memiliki motivasi, semangat dan giat sebagai softskill selain dari hardskill di bidang administratif penyimpanan dokumen, dan ditambah juga memiliki kemampuan memadai di dunia TIK khususnya internet.
Operator Posyantek yang berbasis di kecamatan juga dapat bekerjasama dengan entitas masyarakat sipil (civil society) seperti LSM dan Relawan misalnya di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terdapat Relawan TIK. Di tingkat Provinsi, Relawan TIK Jakarta Raya dapat menjadi partner dalam meningkatkan kapasitas diri untuk menjadi pusat pelayanan teknologi khususnya teknologi tepat guna bagi masyarakat kecamatan.
Dalam hal ini, sangat baik apabila operator Posyantek sebagai individu juga turut andil secara resmi menjadi relawan TIK di Jakarta Raya dan mengemban misi edukasi tak hanya bagi dirinya namun juga komunitas yang dilayaninya. Hal ini berdampak positif karena kerelawanan TIK di DKI Jakarta sebagai contoh disini dapat melakukan penetrasi relawan hingga ke level kedalaman hingga kecamatan. Sehingga SDM yang ada pun bisa menimbulkan efek spill-over dan eksternalitas positif ke berbagai bidang lain di masyarakat, tak hanya bermanfaat bagi UKM tapi juga misalnya pendidikan (misalnya relawan sosialisasi IT dan program peningkatan e-literasi ke sekolah dan komunitas lainnya).
Posyantek diharapkan menjadi bagian dari kelembagaan pelayanan bagi UKM untuk meningkatkan daya saingnya, memajukan usahanya, secara kolektif menjadi mandiri bersama. Menjadi semakin baik guna mendorong sektor ekonomi dari tingkat kecamatan, dimana terdiri dari kelurahan-kelurahan dengan berbagai potensi produksi ekonomi yang dapat menjadi motor penggerak perekonomian warga melalui UKM-UKM yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H