Saya jadi teringat ulah diktator Uni Sovyet pada masa itu, Stalin dalam menenggelamkan musuh-musuh politiknya. Semua Foto, artikel, biodata, buku, KTP, dihilangkan. Teman dan kerabat dilarang menyebut namanya, bahkan beberapa ikut terbantai. Di media massa, gambar-gambar musuh tersebut mukanya dihilangkan semua. Ya, terlebih dahulu dibunuh si musuh politik oleh polisi rahasinya Stalin. Itu dulu. Dan sebenarnya berbeda sih, cuma cara “kasar”nya sama.
Kalau memang profesional, tentu, tinggal berikan permohonan maaf. Apa alasan lomba diundur, dibatalkan atau diapakan. Semua pasti memaklumi. Apalagi, peserta lomba adalah kader dan simpatisan, Bukan orang-orang sembarangan. Terus terang, kejadian ini mencoreng citra “profesionalisme” partai bersangkutan.
Mudah2an, kedepannya, profesionalisme benar-benar bisa diwujudkan. Walaupun skala ini kecil, hanya sebuah lomba dan lombanya pun adalah post tentang “harapan untuk sang partai tercinta”. Tentu tindakan yang masuk akal hanya sekedar melakukan fungsi dasar public relations ke masyarakat. Yach, siapa tahu kalau ternyata ada “amanat” Munas untuk meniadakan kontestasi semacam ini.
Forget the iPAD, it just another gadget, lain kali berhati-hati dalam membuat suatu kuis dan lomba dan kata orang, jika mulut terucap, pantang menarik ucapan. Benar begitu? Kalau pun tidak, menarik ucapan bisa dilakukan dengan elegan. Bukan dengan cara ala Stalin, karena google dan internet merekam amal baik maupun buruk Anda hehe..