Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Diskusi Buku Keberhasilan Migrasi Open Source di Yogyakarta dan Aceh

4 April 2014   22:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:04 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini, keberhasilan Linux dan Open Source menjadi pengganti aplikasi bajakan yang kerap didengang-dengungkan oleh banyak aktivis open source seakan memang mitos. Memang, fakta dunia menyatakan perusahaan-perusahaan beralih ke open source demi banyak pertimbangan, salah satunya penghematan anggaran dan tingkat keamanan yang lebih baik, termasuk menghindari virus.

Namun demikian, di Indonesia, tak banyak kita dengar kisah yang sama. Mungkin, pemerintah kota Pekalongan, yang sudah beberapa tahun ini memakai Ubuntu di lingkungan pemerintahan, atau Jembrana di Bali yang kita dengar. Dan itu udah lama. O-Em-Ji, Indonesia seluas ini baru satu-dua?

Di tanggal 27 Maret 2014, kebetulan undangan launching buku dan diskusi ""Open Source, Jalan Bebas Terbuka : Seluk Beluk Tentang Migrasi Open Source Pemda Aceh Tengah dan Yogyakarta" yang bertempat di  Ruangan Puri 8 Hotel Puri Denpasar, Jl. Denpasar Selatan No. 1, Kuningan, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12950

Ini menarik, karena salah satunya tujuan acara ini adalah memperkenalkan (pada dunia --ceilee) bahwa ada juga pemerintah lain yang sukses baru-baru ini. Untuk itulah, acara ini sebenarnya demi menyuguhkan ke masyarakat bahwa benar loh, migrasi (berpindah) sistem operasi dan berbagai aplikasi secara keseluruhan, dari Microsot Windows based ke Linux based di pemerintahan ternyata ada, dan berhasil.

Dan juga memberikan berbagai diskusi bagaimana memigrasikan itu butuh waktu, tenaga, dan juga strategi yang tepat agar tak menjadi gagal (balik lagi ke OS lama yang proprietary dan parahnya, bajakan).

Migrasi Open Source Software (OSS) adalah salah satu program yang dilaksanakan oleh AirPutih, bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Aceh Tengah dan Pemerintah Kota Yogyakarta. Migrasi OSS disini adalah perpindahan dalam penggunaan perangkat lunak ilegal ke perangkat lunak berkode sumber terbuka atau istilahnya Open Source Software.

Dalam kesempatan ini, hadir untuk presentasi dan sharing, perwakilan dari Aceh Tengah selaku kabupaten yang sudah memigrasikan, serta dari Pemerintah Kota Yogyakarta serta komunitas Pengguna Linux Takengon (Pelita) dan Jogja Open Source (KPLI Yogyakarta) pada sesi pagi hari.

Siangnya, hadir dua tokoh nomor satu di dunia Linux dan Open Source yaitu  Kang Onno W Purbo, tokoh IT Indonesia yang kita semua tahu dan Pak Rusmanto, bapak Linux Indonesia yang juga direktur Nurul Fikri Computer membahas lebih jauh "what's next" dari upaya migrasi ini dan terbitnya buku ini.

[caption id="attachment_301849" align="aligncenter" width="300" caption="diskusi sesi siang bersama pak Rusmanto dan Kang Onno"][/caption]

Buku ini sendiri bukanlah buku yang diedit dengan serius sebagai sebuah "buku populer" namun kumpulan berbagai macam dokumentasi dan testimoni mengenai proses migrasi yang sudah dilakukan. Proses ini memakan waktu yang lama dan memerlukan beberapa tahap, termasuk pada diskusi dibahas juga kendala-kendalanya dan bagaimana kesuksesan bisa terjadi.

Oleh karenanya, buku ini memang tidak dijual, tapi didistribusikan untuk kepentingan pengetahuan. Jika ingin mendapatkannya, silakan hubungi Yayasan Air Putih saja ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun