Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Merenung Tambang, Memahami Harga Kehidupan dan Nilai Penghidupan

11 Februari 2015   08:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:27 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wah, saya kagum, karena Pak Kades melek IT, melihat Internet, tapi tak hanya itu, memanfaatkannya untuk produktivitas. Beliau juga bisa jualan di dunia maya dan sudah mengirim Batu akik sumbawa ke banyak tempat. Ini contoh penghidupan yang tak tergantung NNT. Wirausaha yang bakal berbuntut kesuksesan. Ini harus didukung oleh Relawan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) agar dapat menjembatani masyarakat berwirausaha memanfaatkan teknologi internet. Ayoo, mana Relawan NTB? Epilog Saya, dan teman-teman, bukan menyanjung, tapi menyampaikan fakta. Untuk itu, beberapa langkah yang menurut kami diperlukan antara lain dan paling penting adalah pendidikan karakter masyarakat. Pelatihan-pelatihan kerja menembus dunia yang lebih luas, bukan pelatihan teknis untuk mengisi tenaga tambang saja. Pelatihan wirausaha, pemanfaatan teknologi misalnya handphone dan internet untuk produktivitas juga perlu. Selain itu, kegiatan pemberdayaan masyarakat perlu dipertahankan dan diperluas. Ini akan menjadi modal dasar untuk perekonomian baik sekarng maupun “pasca-NNT”. Peran pemerintah, akademik, bisnis dan masyarakat sipil (Civil Society) sangat penting untuk keberlanjutan pembangunan di provinsi NTB dan Pulau Sumbawa pada khususnya.

Bukan hanya masalah Nasionalisme. Ini masalah Kesejahteraan. Kita kadang berbicara Nasionalisme tapi tidak melihat fakta di masyarakat apakah negara = nation itu hadir di tengah-tengah mereka. Siapa yang hadir, itulah messiah-nya.. jangan salahkan mereka, salahkan pemerintah yang dengan "kontrak sosial" dari kita, tidak mampu memenuhi harapan kita.. Nasionalisme kita memang cuma sejumput. Tapi itu cukup bagi siapapun yang mencoba menyeimbangkan "kehidupan dengan penghidupan"...  Mari lihat tambang lebih dekat, niscaya ada nilai-nilai tersembunyi di dalamnya. Itulah hal yang paling berharga. Buat kami berharga kata batuan itu, kata masyarakat, anak-anak kecil bermain gundu dan gasing itu. Jadi, hadirkan dulu NEGARA disana, baru bicara Nasionalisme. Nasionalisme ada di dada mereka, di tiap tiang bendera di sekolah di Sumbawa. Di SMKN 1 Maluk yang kami datangi. Di setiap putera daerah yang bekerja di tambang berpeluh dan lelah.  Mari cari solusi!
Reklamasi tambang (perhatikan jaring yang menahan bibit agar tidak longsor)

Pelabuhan Benete, titik tolak eskspor tembaga Batu Hijau

Tambang? Yes, sekali lagi, memang seksi, menawarkan sejuta impian. Tapi dia tak kekal. Dia juga harus mengembalikan keadaan alam seperti semula. Semua dilakukan, dengan meninggalkan jejak yang akan diingat generasi mendatang.  Penambangan adalah kegiatan untuk mencari "harga", dan sekaligus juga "harga" yang harus dibayar untuk peningkatan kesejahteraan lokal di mana negara sepertinya absen selama ini.  Masyarakat lokal sekitar tambang? Yes, memiliki harga untuk kehidupan mereka. Mencari juga penghidupan yang layak. Jika memang harga yang harus diterima adalah dengan mengubah alam sedemikian rupa dan mengembalikannya, itu-lah trade off yang mereka dapatkan. Benang merahnya, NNT lakukan apa yang harus dilakukan. Negara ini, lakukan apa yang harus dilakukan. Kita? lakukan apa yang BISA kita lakukan. Akhirnya, Apa warisan NNT Batu Hijau, apa yang dipikirkan cucu kita ketika mendengar NNT? Juga, apa yang kita lakukan agar anak-cucu kita sejahtera. Alam ini adalah pinjaman dari anak cucu kita dan wajib dijaga. Sebagai negeri yang dijuluki “sejuta masjid” yang megah, dengan penduduk mayoritas Islam, tentu kita percaya, bahwa perdagangan, alias wirausaha adalah pintu rejeki. Hanya satu pintu rejeki yang didapat dengan menjadi karyawan Newmont. Hehe.. Sebab, Nabi Muhammad pernah berkata ““Berniagalah, karena sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu ada dalam perniagaan.” (Riwayat Ahmad)

Mari, kita bersama ubah karakter masyarakat, kehidupan dan penghidupan yang layak tanpa ketergantungan..  dan mari pula kawal NNT dalam mengelola tambang !

[caption id="attachment_350464" align="aligncenter" width="576" caption="Newmont Bootcamp Batch IV Perjuangan"]

14235930222116293369
14235930222116293369
[/caption]

photo credit : www.unggulcenter.org  (url gambar masih me-link pada sumber)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun