Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Merenung Tambang, Memahami Harga Kehidupan dan Nilai Penghidupan

11 Februari 2015   08:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:27 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian dalam gudang

Timbunan konsentrat di gudang. Yang kemudian dibawa ke proses selanjutnya di Benete.

Kehidupan dan Penghidupan! Serupa tapi tak sama. Pengalaman bergaul dengan masyarakat memberikan pemahaman lebih lanjut mengenai ini semua. Setelah kita obrol agak filosofis diatas, sekarang saya mengajak kita melihat lebih dekat kehidupan masyarakat sekitar tambang. Memang, kelihatan betul perekonomian warga yang bekerja di tambang, maupun ada anaknya yang kerja di NNT berbeda dengan masyarakat umum. Dari sisi visual, rumah. Beda sekali. Mungkin yang menyamai adalah pejabat Pemda atau pengusaha/wirausaha/dagang yang biasanya pendatang. Namun kita tak terjebak dengan glamor ini. Saya rasa NNT juga serba salah. Perusahaan apalagi tambang memang punya standar gaji dan kompensasi yang dirasa “pas”. Untuk itu, perlu “revolusi mental” bahwa cita-cita tak harus ke NNT. Cita-cita setinggi langit, jadi gubernur, keliling Indonesia, jadi pebisnis besar. Bukan kerja di tambang. Dan pada akhirnya membenci tambang ketika tujuan itu tak tercapai. Inilah yang kami sampaikan ke sebuah sekolah yaitu SMKN 1 Maluk di sesi kunjungan. Sebuah sekolah di kaki bukit, kami menyampaikan berbagai potensi pariwisata dan kekayaan alam Sumbawa yang kami kagumi. Sedikit mengancam, bahwa suatu saat jika mereka tidak memahami dan mengabarkan kekayaan alam nan indah di Sumbawa sebagai Surga pariwisata dan Surga kekayaan sumberdaya alam, selamanya akan ada orang-orang “asing” yang melakukan itu. Dan mereka akan menjadi tenaga-tenaga buruh yang tersisa dengan hidup seadanya.

SMKN 1 Maluk

SMKN 1 Maluk dikaki bukit

Suasana di dalam

Main catur, asah otak disela istirahat di kantin

Pendidikan karakter, sangat penting dalam hal ini. Mereka anak-anak yang berani kok. Mau diajak maju. Hanya perlu pintu untuk dibuka dan Jendela untuk melihat lebih luas. Mudah-mudahan, seperti informasi yang kami dapatkan, NNT memfasilitasi motivator ke sekolah dalam range bulan tertentu, belajar bahasa inggris dan seterusnya serta beasiswa Newmont yang pantas. Subhan, salah satu teman bootcamp, adalah putra Sumbawa penerima beasiswa tersebut. Penghidupan masyarakat sebelum ada tambang dan sesudah ada tambang mungkin berbeda. Namun akhirnya akan kembali sama, sebuah siklus. Yang membedakannya adalah bagaimana keberlanjutan perekonomian. Untuk itu, tepat jika NNT memfasilitasi berbagai kegiatan masyarakat yang meningkatkan perekonomian. Walaupun, seharusnya Pemda loh yang lebih berperan. Bank Sampah misalnya. Masyarakat mengumpulkan sampah plastik untuk ditukar pulsa serta “bank” tersebut mengolahnya menjadi berbagai hasta karya yang dapat dijual seperti dompet, gantungan dan sejenisnnya. Potensinya dapat dijual ke luar daerah. Pemintalan tali dari sabut kelapa CocoNet menghasilkan temali yang kuat untuk reklamasi lahan. NNT memfasilitasi gaji para pemintal. Keuntungan berputar. Suatu saat ini bisa menjadi produk andalan ke depan, ketika di tinggal NNT. Kebun buah naga yang saya saksikan pun, bisa menjadi komoditi yang berdaya saing tinggi di masa depan. Ini beberapa pandangan mata yang saya lihat tentang NNT dan kontribusi CSR nya. Kurang banyak? Silakan idenya ke NNT dan ke Pemda ya? Tentu kita berharap Newmont cabut kan? Karena “nasionalisme” itu tadi. Tapi bagi NNT, silakan saja. Saat ini, mereka melakukan kewajiban CSR dengan sungguh-sungguh saja. Dengan alokasi bujet yang ada. Agar masyarakat mandiri. Sudah, itu saja cukup. Mikir nya gak usah panjang-panjang.

Meninggalkan ketergantungan, mencapai harapan kemandirian.

Mungkin itu kata kunci di sesi ulasan masyarakat ini. Apalagi, di era baru ini, sudah ada UU Desa. Amanat untuk dana desa sudah mulai ada, Badan usaha milik desa (Bumdes) pun diinisasi, desentralisasi mulai terasa aura positifnya, dan guru mulai sejahtera. Itu semua tak perlu iba NNT. Jadi ini modal bagi Sumbawa dan NTB pada umumnya untuk maju. Tambang ya tambang. Dia tak dapat diperbaharui.  Investasi di bidang Pendidikan, penguatan kelembagaan, dan kepemimpinan adalah hal yang akan membawa kesuksesan provinsi ini. Inilah Social Capital yang kekal. Oya, salah satu contoh lagi yang menarik adalah Batu Akik. Bacan, Batu Cantik kalau bahasa gaulnya. Batu Sumbawa, Mutiara, merupakan produk menarik yang berdaya saing menurut saya. Ada cerita menarik dari pak Kades yang berbisnis batu akik. Beliau mendapat info dari internet mengenai harga-harga batu, kemudian beliau mengumpulkan batu sumbawa mengajak masyarakat. Lambat laun, penghasilan dari batu ini sangat sangat cukup untuk sehari-hari.

Ngobrol di rumah warga, mendapat cerita Bacan dari Kades

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun