Mohon tunggu...
Undix Doang
Undix Doang Mohon Tunggu... -

Menulis tidak bisa diajarkan, tapi bisa dipelajari.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Deis Vs Ateis di TIME

9 Februari 2011   13:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:45 1892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

DAWKINS: Bahkan pertanyaan yang kamu ajukan saja tak ada apa-apanya bagiku. Baik dan buruk-saya tidak percaya ada di luar sana, di manapun, sesuatu yang disebut baik dan buruk.

COLLINS: Aku pikir itulah perbedaan mendasar di antara kita. Aku senang kita menemukannya.

TIME: Dr. Collins, saya tahu Anda mendukung percobaan transplantasi sel organ sebagai eksperimen. Tapi bukankah ada fakta yang memperlihatkan bahwa agama menyebabkan beberapa orang menolaknya menimbulkan kesan bahwa agama menghalangi sains menolong kehidupan?

COLLINS: Pertama-tama saya peringatkan bahwa saya berbicara sebagai pribadi dan  bukan sebagai perwakilan lembaga negara pemerintah AS. Kesan bahwa orang beragama sepakat menolak penelitian transplantasi sel tidak tercatat dalam jajak pendapat. faktanya, banyak orang yang berlatarbelakang agama yang kuat berpikir bahwa percobaan itu dapat didukung secara moral.

TIME: Tapi, itu kan memperkuat argumen pribadi dengan keyakinan agama atau ayat-ayat suci ketimbang akal, bagaimana tanggapan para ilmuwan?

COLLINS: Agama tidak melawan akal. Agama bertumpu kuat-kuat pada akal, tapi dengan sejumlah tambahan pahala. Jadi diskusi-diskusi antara ilmuwan dan orang beragama terjadi sejak dulu. Tapi, baik ilmuwan maupun orang beragama selalu berbeda prinsip secara presisi. Para ilmuwan dapat menyelimuti pendapat mereka dengan ide-ide profesional. Dan keagamaan yang sejati dan murni adalah ketika kamu dapat berpikir bahwa air spiritual nan bening, dituangkan ke dalam vas bunga bernama manusia, dan kadang-kadang prinsip-prinsip bajik agama dapat menyimpang dan perbedaan pun mengeras.

DAWKINS: Menurut hemat saya, pertanyaan moral seperti pada penelitian transplantasi sel pada pokoknya adalah apakah muncul penderitaan. Dalam kasus ini jelas tidak ada yang menderita. Embrio tidak punya sistem syaraf. Tapi bukan itu isu yang diangkat ke publik. Isunya adalah, Apakah Mereka Manusia? Jika Anda seorang moralis absolut, Anda akan bilang, "Sel-sel itu adalah manusia, dan oleh karena itu mereka berhak atas sejumlah perlakuan moral khusus." Moralis absolut tidak selalu datang dari agama, tetapi biasanya sih begitu.

Kita menjagal binatang non-manusia di rumah jagal, dan mereka punya sistem syaraf dan menderita. Orang beragama tidak terlalu peduli pada penderitaan mereka.

COLLINS: Memangnya manusia punya perbedaan moral yang tajam dibandingkan sapi?

DAWKINS: Manusia punya tanggungjawab moral karena mampu berpikir.

TIME: Apakah Anda berdua punya kesimpulan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun