Mohon tunggu...
Faryanti
Faryanti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pendidik di sebuah sekolah menengah atas yang memiliki ketertarikan dengan permasalahan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Model Flipped Classroom, Salah Satu Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

6 Juli 2023   14:00 Diperbarui: 6 Juli 2023   14:01 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
  https://www.usd.ac.id/pusat/ppip/2020/05/04/konsep-dasar-metode-flipped-classroom

5.  Kurangnya akses ke sumber daya pendidikan yang memadai. Tidak semua sekolah di Indonesia memiliki akses yang memadai terhadap teknologi, bahan bacaan dan sumber daya pendidikan lainnya yang dapat memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir kritis. Kurangnya akses ini dapat membatasi kesempatan peserta didik dalam mengembangkan pemikiran kritis melalui sumber daya yang beragam dan interaktif.

Kemampuan berpikir kritis yang rendah pada peserta didik  Indonesia menjadi  salah satu permasalahan harus segera diatasi. Hal ini karena kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki peserta didik dalam menghadapi pesatnya perubahan  di era global, baik saat ini maupun kelak saat mereka dewasa. Kemampuan berpikir kritis dapat membantu peserta didik untuk beradaptasi pada perkembangan jaman di era digital yang sangat pesat ini. Dengan banyaknya inovasi dan informasi baru, peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi. Kemampuan berpikir kritis juga akan berdampak pada perkembangan kognitif dan kemampuan adaptasi peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah.

Selain itu, alasan lain pentingnya kemampuan berpikir kritis bagi peserta didik adalah terkait dengan tuntunan dunia kerja saat ini yang sangat menghargai individu yang memiliki kemampuan berpikir kritis. Banyak pekerjaan membutuhkan kemempuan berpikir kritis untuk memecahkan masalah-masalah kompleks, beradaptasi dengan perubahan yang sangat cepat dan mengambil keputusan yang cepat. Dalam konteks ini peserta didik yang mampu berpikir kritis memiliki keunggulan kompetitif dalam menghadapi tantangan yang dihadapi di tempat kerja.

Mengingat pentingnya kemampuan berpikir kritis bagi peserta didik,dalam era digital abad 21 maka pemerintah, lembaga pendidikan, pendidik dan orang tua harus bahu membahu dalam upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Salah satunya upaya yang bisa dilakukan oleh pendidik adalah melalui penerapan strategi, pendekatan, model, metode dan media pembelajaran yang tepat. Pendidik dapat mengembangkan model  pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik (student centered learning). Menurut Arif Mu'amar Wahid dalam artikel LP3M UAP pada tanggal 5 Januari 2022 disebutkan bahwa student centered learning yang dapat dignakan pendidik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik antara lain  Small Group Discussion ,   Simulation and Demontration,   Case Study,   Discovery learning (DL),   Self Directed Learning (SDL),   Cooperative Learning (CL),   Collaborative Learning (CbL),   Contextual Instruction (CI),   Project Based Learning (PjBL),   Problem Based Learning dan  Inquiry.

Selain model-model pembelajaran diatas pendidik juga dapat mengembangkan model Flipped Classroom, Blanded Learning, Games Based Learning dan SOLE (Self Organized Learning Environments). Model pembelajaran ini menggabungkan pembelajaran langsung (syncronus) dengan pembelajaran tidak langsung (asyncronus). Tiga model ini semakin banyak dikenal dan  digunakan oleh pendidik pada masa pandemi covid-19 sejak awal tahun 2020 yang lalu.

Dari beberapa model pembelajaran diatas salah satu model yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik adalah model flipped classroom. Flipped classroom merupakan bentuk pebelajaran campuran yang menggabungkan pembelajaran sinkron (syncronus) dengan pembelajaran asinkron (asyncronus). Pembelajaran sinkron terjadi secara real time di kelas baik tatap muka maupun tatap daring. Peserta didik berinteraksi dengan seorang pengajar dan teman sekelasnya serta menerima umpan balik pada saat yang sama. Sedangkan pembelajaran asinkron adalah pembelajaran sifatnya lebih mandiri, yaitu peserta didik belajar sendiri di rumah. Konten pembelajaran diakses melalui beberapa bentuk media atau platform digital. Pembelajaran asinkron bersifat lebih fleksibel karena peserta didik dapat memilih kapan mereka belajar dan juga mereka dapat mengajukan pertanyaan yang akan disampaikan saat pembelajaran sinkron.

Model Flipped classroom adalah pendekatan pedagogis inovatif yang berfokus pada pengajaran yang berpusat pada peserta didik, dengan membalik sistem pembelajaran kelas tradisional yang selama ini dilakukan oleh pengajar (Tresnawati et al., 2022). Model Flipped Classroom bisa juga diartikan bahwa peserta didik mempelajari materi terlebih dahulu (beberapa hari sebelum pembelajaran tatap muka di kelas), melalui beragam media yang disediakan oleh pendidik. aktivitas pembelajaran yang biasanya diselesaikan di kelas sekarang dapat diselesaikan di rumah dan aktivitas pembelajaran yang biasanya dikerjakan di rumah sekarang dapat diselesaikan di kelas (Chabibie, 2020). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Flipped Classroom adalah model pembelajaran terbalik dimana peserta didik mempelajari materi terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas pembelajaran tatap muka di kelas sesuai petunjuk pendidik. Saat pembelajaran tatap muka di kelas berlangsung peserta didik melakukan aktivitas belajar berupa diskusi atau mendapatkan umpan balik dari pendidik.

          Secara garis besar konsep pelaksanaan model pembelajaran flipped classroom dibagi menjadi tiga tahap kegiatan yaitu: (1) Sebelum pembelajaran atau sebelum kelas dimulai (pre-class); (2) Saat pembelajaran atau saat kelas dimulai (in-class) dan (3) Setelah pembelajaran atau setelah kelas berakhir (out of class). Ketiga kegiatan tersebut dapat diamati pada Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Tahap Pelaksanaan Flipped Classroom

  https://www.usd.ac.id/pusat/ppip/2020/05/04/konsep-dasar-metode-flipped-classroom
  https://www.usd.ac.id/pusat/ppip/2020/05/04/konsep-dasar-metode-flipped-classroom

          Model flipped classroom menjadi salah satu upaya pendidik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di era pendidikan abad 21. Hal ini karena di rumah peserta didik mengerjakan apa yang dilakukan di kelas yaitu belajar dengan memahami materi yang telah diberikan oleh guru dan di kelas peserta didik mengerjakan apa yang biasanya dikerjakan siswa di rumah yaitu mengerjakan soal dan menyelesaikan masalah. Flipped classroom juga mengurangi kapasitas kegiatanpembelajaran di dalam kelas dengan memaksimalkan interaksi satu sama lain yaitu guru, siswa dan lingkungannya. Model pembelajaran flipped classroom ini memanfaatkan media pembelajaran yang dapat diakses secara online oleh siswa yang mampu mendukung materi pembelajarannya (Maolidah et al., 2017). Dengan model flipped classroom peserta didik terlatih untuk memiliki opini positif, terbuka pada pengetahuan baru, lebih aktif, lebih mandiri dan kreatif serta lebih kritis menyikapi permasalahan kasus tertentu (Tresnawati et al., 2022). Selain itu, model flipped classroom memperkuat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan meningkatkan pemahaman serta keterampilan mereka dalam menerapkan kosnep yang dipelajari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun