Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Jangan Takut Salah, "Just Speak Up!"

27 Juli 2016   11:38 Diperbarui: 30 Juli 2016   10:48 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya bersama Ibu Attu, salah satu partner saya dalam berbahasa Inggris di tempat kami bekerja. Photo: Dok. Pribadi.

Saya merasa bersyukur karena sudah tertarik pada bahasa Arab (sejak SD) dan bahasa Inggris (sejak kelas 3 Mts), pengalaman lalu memang menjadi pelajaran berharga bagi hidup saya hingga saat ini. Selama menyantri pun saya banyak belajar dari Kyai langsung, guru-guru, teman-teman, bahkan dari junior. Kami semua saling belajar dan mengembangkan kemampuan bersama-sama. Bagi saya secara pribadi, untuk belajar bahasa asing dan apapun bahasa, kita harus memiliki minat dan ketertarikan. Menurut saya, bahasa dan hati seperti dua magnet yang saling tarik-menarik, begitulah yang saya rasakan.

Saat menyantri dulu, saya klasifikasikan ada dua 3 golongan minat santri dalam belajar berbahasa; 1) santri yang hanya menyukai bahasa Inggris, 2) santri yang hanya menyukai bahasa Arab, 3) santri yang menyukai keduanya, bahasa Inggris dan bahasa Arab – saya juga harus bersyukur karena termasuk kategori yang ketiga. 

Jika ditanya alasannya, saya malah bingung, saya tidak tahu pasti alasan saya menyukai keduanya. Pernah ada seorang kawan semasa mondok dulu yang merasa menyesal karena tidak suka berbahasa Inggris, akibatnya dia merasa ada yang kurang lengkap dalam hidupnya sekarang. Dia menyesal karena telah "menganak-tirikan" bahasa Inggris.

Dalam miliu pesantren, kami tidak hanya diajarkan untuk terampil belajar bahasa asing pasif, tapi kami juga diharuskan untuk terampil berbahasa secara aktif, artinya kita berbahasa asing sebagaimana kita berbahasa bahasa ibu dan Bahasa Indonesia, bahasa dan kita adalah satu dan menyatu, hal inilah yang menjadi kekhasan metode pembelajaran. Untuk menjaga kestabilan tersebut, maka peraturan diwajibkan pada seluruh penghuni pondok pesantren, tidak terkecuali para Kyai. Saa kita belajar dengan teladan nyata itu tentu akan lebih mudah menyerap.

Lalu bagaimana dengan mereka yang ingin belajar berbahasa asing yang ketepatan tidak pernah mondok dan tidak ikut kursus? – Orang bijak mengatakan “Practice makes perfect”, segala hal (teori) yang langsung diaplikasikan dan dipraktekkan akan menjadi lengkap dan sempurna. Maksudnya, ilmu yang diperoleh tidak hanya berdiam dalam memori otak saja, akan tetapi termanifestasi dengan baik dan berwujud dalam bentuk pengetahuan yang baru.

Untuk bisa lancar berbahasa Inggris (pembahasan utama), maka setiap pembelajar harus mampu mencari partner yang dapat mendukung aktifitasnya dalam Berbahasa Inggris, bisa jadi partner tersebut adalah teman sekolah, kerja, atau teman traveling. Elemen-elemen yang tidak kalah penting untuk belajar bahasa Inggris adalah seseorang harus dapat berlatih pada media yang mendukung, seperti menonton berita atau film, mendengarkan lagu, membaca novel, menulis puisi atau surat yang semuanya harus dilakukan dalam bahasa Inggris. hal-hal yang saya sebutkan itu akan memberikan stimulasi bagi daya ingat dan spontanitas dalam berbahasa Inggris. 

Hal ini pula yang menjadi pengalaman saya untuk berbagi, karena sejak masa remaja dulu, saya mengidolakan grup musik asal Irlandia Westlife, Boyzone, Backstreet boys, Blue, Celine Dion, Shakira, dan masih banyak yang lainnya. Syair-syair dalam lagu mereka saya jadikan media untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris.

Pengalaman tersebut yang menjadikan saya memiliki loyalitas terhadap bahasa asing, terutama bahasa Arab dan Inggris. Saya mengaktualisasikan di tempat saya mengajar dan bekerja, bidang satu dan lainnya saling mendukung, jadi sangat memberikan kemudahan untuk terus berkembang. Lain halnya jika ada orang yang belajar bahasa asing selama bertahun-tahun, kemudian berhenti karena satu dan beberapa alasan, yang akhirnya menjadikan otak dan lisannya benar-benar kaku. Satu hal yang harus dilakukannya adalah memulai lagi!

Tidak ada kata malu dan takut dalam belajar, kalimat itulah yang menjadi motivasi saya untuk belajar berbahasa asing. Rasa malu dan takut adalah musuh besar kita untuk berkembang, rasa malu dan takut juga yang dapat mejadikan kita gagal. Jadi mulai sekarang, just speak up and dare to shine with English!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun