Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memberikan Pendidikan dalam Menjaga Kesehatan Reproduksi dan Mental Remaja adalah Tanggung Jawab Kita

18 Juli 2016   14:05 Diperbarui: 21 Juli 2016   17:56 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga memiliki peran penting dalam mendidik dan mengarahkan remaja pada kegiatan-kegiatan positif. Tampak sebuah keluarga sedang berpose di pelataran Monumen Nasional (Monas) Jakarta. II photo: Dok. Pribadi

Derajat kesehatan individu, kelompok atau masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yakni: lingkungan (fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya), perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan (H.L.Blum, 1974). Apabila kita membahas tentang kesadaran pada masyarakat, maka kita perlu menelusuri sikap dan perilaku masyarakat yang sudah menjadi kebiasaan. Semua makhluk hidup mempunyai perilaku, namun perilaku manusia sudah tentu berbeda dengan perilaku makhluk lainnya. Jika dibandingkan dengan binatang, manusia memiliki perilaku yang beradab secara fitrahnya, maka dari itu perbedaan antara manusia dan binatang memiliki nilai-nilai norma. Contohnya ketika manusia memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makan, minum serta menyalurkan hasrat atau seksnya. Manusia dengan dibekali akal sehat dan budi pekerti akan menggunakan rasio dan emosinya untuk melakukan hal yang baik dan meninggalkan hal-hal yang tidak sesuai dengan norma-norma di masyarakat.

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, seperti berbicara, berpikir, menulis, membaca, bekerja, berjalan, makan, minum, an seterusnya. Oleh karena itu, untuk mendukung aktifitas tersebut, maka diperlukan elemen lain agar aktifitas berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang telah dibuat. Salah satu elemen itu adalah kesehatan. Pola menjaga kesehatan hars berawal dari kesadaran diri sendiri.

Gerakan untuk menanamkan kesadaran dalam menjaga kesehatan harus bermula dari generasi muda, karena generasi muda merupakan generasi yang paling bisa diandalkan untuk menyerap berbagai informasi yang terkait dengan kesehatan pada khususnya. Kesehatan merupakan aset paling penting dalam menjalankan kehidupan kita sehari-hari, dengan menanamkan kesadaran berarti telah memantik kepedulian, terutama untuk diri sendiri.

Beragam kegiatan sosialisasi untuk memberikan pemahaman dan arahan tentang kesehatan pada remaja  khususnya sudah dimulai dan akan selalu dilakukan di sekolah-sekolah yang bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat. Melalui kegiatan tersebut para remaja diharapkan mampu bertanggung jawab dalam menjaga kesehatannya, sehingga menjadi ujung tombak untuk melakukan gaya hidup sehat.

Beberapa siswi sedang mengikuti kegiatan study tour di salah satu museum di Jakarta. II Photo: Dok.Pribadi
Beberapa siswi sedang mengikuti kegiatan study tour di salah satu museum di Jakarta. II Photo: Dok.Pribadi
Penyuluhan kesehatan tidak hanya mencakup tentang pola hidup sehat saja, namun lebih jauh dinas-dinas yang terkait membuat program jangka panjang untuk mengajak para remaja memahami pendidikan seks dan reproduksi. Pengenalan pendidikan keduanya menjadi hal penting karena memiliki tujuan yang diharapkan mampu mengubah cara pandang remaja tentang pengertian seks itu sendiri. Jika bicara tentang seks, maka pembahasan tersebut tidak dapat dipisahkan dari pengenalan reproduksi dan yang terkait dengannya. Pemerintah, para orang tua dan guru harus mengambil peran untuk mendidik putera-puteri remaja mereka agar mendapatkan pendidikan serta pemahaman yang komprehensif, sehingga akal sehat mereka bekerja maksimal dan mampu bertanggung jawab dan menentukan sikap terhadap hal yang baik atau buruk, tentu saja yang berkaitan langsung dengan pendidikan seks dan reproduksi.

Teori saja tidak cukup untuk dijadikan pedoman. Usia remaja perlu contoh dan teladan yang konkret dalam menjalani pola hidup sehat. Di rumah mereka memiliki orang tua ataupun saudara yang dapat dijadikan sebagai motivasi untuk berperilaku hidup sehat, dimulai dari mengkonsumsi makanan atau minuman yang sehat dan bergizi, berolah raga, menjaga kebersihan di lingkungan tempat tinggal dan dimanapun mereka berada, serta mencoba mengajak orang lain turut serta untuk melakukan hal yang sama. 

Selain mendidik remaja untuk berperilaku hidup sehat, ada baiknya untuk memberikan informasi kepada mereka tentang bahaya menjalani hidup tanpa aturan, manfaat, dan tidak bernilai kesehatan. Hal ini tentu akan mengakibatkan efek buruk dalam waktu cepat ataupun lambat. Paparan tentang akibat dan bahaya pola hidup tak sehat merupakan salah satu cara untuk menanamkan kesadaran dalam diri remaja, dan diharapkan mereka akan selalu ingat dan merasa bangga untuk memiliki gaya hidup sehat.

Dalam buku Ilmu Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo memaparkan tentang pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku (behaviour change). Setidaknya ada 3 dimensi yang dapat melakukan perubahan:

  1. Mengubah perilaku negatif (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai dengan nilai-nilai kesehatan).
  2. Mengembangkan perilaku positif (pembentukan dan pengembangan perilaku sehat).
  3. Memelihara perilaku yang sudah positif atau perilaku yang sudah sesuai dengan norma/nilai kesehatan, atau dengan kata lain mempertahankan perilaku sehat yang sedang dijalankan.

Tulisan ini juga diharapkan mampu untuk menjadi media perubahan tersebut. Manusia dan lingkungan adalah dua hal yang saling terkait dan membutuhkan, menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Jadi jika lingkungan tempat tinggal atau sekitarnya ingin nampak sehat, maka setiap individu harus pintar menjaga kesehatan dirinya tanpa terkecuali. Masih menurut laporan WHO, faktor lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap lebih dari 80 % penyakit-penyakit tersebut. (Pengelolaan Kesehatan Lingkungan: 2015).

Tentang reproduksi, Louis Pasteur (1822 – 1895) menegaskan bahwa  makhluk hidup hanya bisa berasal dari makhluk hidup (omne vivum ex vivo) dan bukan dari benda mati. Oleh karena itu adanya makhluk hidup adalah hasil dari reproduksi. Semua makhluk hidup akan bereproduksi atau merupakan hasil reproduksi untuk mempertahankan keberadaan jenisnya di dunia ini. Reproduksi dilakukan dengan berbagai cara, seperti membelah diri, cloning, sexual, dan lain sebagainya.

Remaja khususnya di Indonesia menjadi penanda bagi kemajuan atau kemunduran suatu pendidikan. Pendidikan dapat dimulai dari aspek apapun. Banyak pengalaman dan kejadian buruk yang telah dialami oleh bangsa ini, beberapa kasus yang tidak kita inginkan terjadi, peristiwa demi peristiwa merenggut kehidupan remaja kita. Pemerintah berusaha keras untuk melindungi hak setiap warga negaranya, dari anak-anak, remaja, hingga orangtua. 

Pendidikan dasar tentang reproduksi yang diperkenalkan kepada remaja, orangtua, dan pendidik menjadi program besar pemerintah. Jajaran pemerintah berupaya untuk selalu melindungi anak-anak remaja dari pengaruh perilaku negatif dan penyimpangan seks. Jika remaja kita tidak memiliki pengetahuan atau pengetahuannya tentang seks dan reproduksi kurang memadai, maka tingkat kekhawatiran para orangtua dan pendidik menjadi naik pada level yang lebih tinggi. Sudah menjadi kewajiban bagi para orang tua dan pendidik untuk mengenalkan pendidikan reproduksi dan seks kepada anak remaja. 

Pembekalan suatu ilmu pengetahuan tidak lengkap tanpa didampingi dengan pendidikan mental serta akhlak. Anak-anak yang memiliki mental serta akhlak yang baik diyakini mampu menyikapi segala bentuk pengaruh, mereka dihadapkan pada situasi yang mengharuskan mereka untuk mengambil keputusan serta memilih antara yang baik dan buruk, atau yang positif dan negatif. Hasilnya akan memberikan dampak setelah itu, mereka memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, mereka juga mampu memberikan energi positif bagi teman-teman dan lingkungannya, karena akhlak dan mental yang terpuji yang telah ditanamkan dari orangtua dan keluarga, serta sekolah.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Anies Baswedan Ph.D yang hadir pada suatu acara berita di stasiun TV swasta beberapa hari lalu, mengatakan bahwa “pendidikan adalah sebuah kolaborasi antara orangtua dan guru di sekolah, kolaborasi tersebut tidak akan tercipta jika tidak ada komunikasi.” Saya menanggapi bahwa dari pernyataan tersebut para orangtua dan guru diharapkan mampu menjalin kerjasama yang harmonis dan dinamis untuk mewujudkan impian bangsa ini dengan melahirkan generasi-generasi tangguh yang kuat dan teguh pendiriannya, mengamalkan ajaran agamanya, serta tidak lupa untuk menyebarkan kebaikan dimanapun mereka berada.

Pepatah Arab juga menjelaskan bahwa “al-‘aqlu al-salim fi al-jismi al-salim” artinya akal yang sehat terdapat pada tubuh yang kuat, mensana in corpore sano. Bagaimana generasi muda kita akan kuat akal dan pikirannya serta tegas pendiriannya jika kebutuhan tubuhnya akan kesehatan tidak terpenuhi? – jadi, sudah saatnya semua pihak mengambil bagian untuk berperan aktif mendidik dan mengajar anak-anak remaja kita tentang pentingnya memiliki gaya hidup sehat yang diimbangi dengan pengetahuan yang selalu diperbaharui dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa remaja terlihat sedang menikmati suasana sore di tepi kolam buatan, Jakarta. II Photo: Dok. Pribadi.
Beberapa remaja terlihat sedang menikmati suasana sore di tepi kolam buatan, Jakarta. II Photo: Dok. Pribadi.
Untuk menganggap bahwa pendidikan tentang kesehatan reproduksi dan mental remaja itu sangat penting, sekiranya kita perlu mencermati tentang bioetika. Apa itu bioetika? – bioetika yaitu diskursus masalah-masalah moral, hukum, sosial, dan politik yang menyangkut pertanyaan dasar dari hidup dan ilmu-ilmu tentang kehidupan (Marcus Duwell, Methods, theories, domains: 2013). Namun kita tidak hanya berhenti pada istilah bioetika saja, ada yang jauh lebih menarik dari hal ini. Dalam buku karangan C.B. Kusmayanto yang berjudul Bioetika (2016), cabang ilmu ini juga membahas dan berusaha memunculkan diskursus tentang martabat manusia, hal yang demikian sangat erat hubungannya dengan tema tulisan yang penulis susun. 

Semua manusia adalah makhluk yang memiliki martabat tinggi yang terlahir dari fitrahnya tanpa terkecuali, maka dari itu sebagai makhluk yang bermartabat para remaja Indonesia harus mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang layak sehingga menjadi insan yang bermartabat baik secara lahir maupun batin. Atas dasar martabat itulah, maka semua manusia mendapatkan haknya untuk menjadi sebaik-baiknya manusia diantara manusia dan ciptaan-ciptaan-Nya yang lain.

Untuk membedakan manusia dari makhluk-makhluk yang lain, maka peran martabat adalah mengedepankan akal sehat, dan bukan dengan hawa nafsu yang menjadi alat bagi binatang untuk mencapai keinginannya. Di masyarakat modern yang plural ini, dimana terdapat banyak agama, sistem nilai, kriteria moral, budaya, dan sebagainya, martabat manusia semakin bisa dapat diterima, karena digunakan sebagai dasar bersama bagi pembangunan etika dan hukum, sebab martabat manusia telah ada sebelum kemunculan konsep etis, hukum, ataupun politik. Jika unsur-unsur untuk menjaga dan merawat akal sehat tidak terpenuhi, lantas bagaimana bisa manusia dapat menjadi sebaik-baiknya makhluk dihadapan Tuhan Yang maha Esa?

Negara, pemerintah, orang tua dan barisan pendidik adalah penyelenggara bagi kegiatan pendidikan. Remaja merupakan bagian dari fase kehidupan manusia sejak usia dini, karena bagi seorang manusia, hidup adalah nilai fundamental untuk dapat merealisasikan nilai-nilai lainnya. Hidup adalah syarat untuk menciptakan, mewujudkan, serta mengembangkan seluruh potensi, aspirasi dan cita-cita manusia. Manusia yang memiliki kehidupan adalah manusia yang harapan untuk terus bergerak maju menuju manusia yang paripurna dan bermanfaat bagi orang lain serta lingkungannya.

Remaja yang mengenal dirinya dengan baik, akan mudah menemukan apa yang ia butuhkan untuk memenuhi dan mendukung kehidupannya. Untuk mengenal dirinya, maka seorang remaja juga harus memiliki jiwa yang senang untuk belajar dan mencari pengetahuan baru. Setelah itu, ia akan mampu menyeleksi apa yang baik dan buruk untuk dirinya, pun untuk lingkungannya juga. Pengetahuan tentang agama bagi seorang remaja adalah hal yang mutlak, agama sebagai pedoman hidup dapat menjadi keyakinan yang utuh, sehingga agama menjadi salah satu faktor yang mendukung kehidupan remaja, meskipun orang tua dan guru tidak selalu mendamping namun keyakinan tentang nilai baik dan buruk akan menjadi pengingat.

Masa remaja adalah sebuah fase transisi dari masa anak-anak menuju tahap tumbuh-kembang selanjutnya. Meskipun telah mengalami transisi, masa remaja juga memiliki kerentanan baik secara psikis dan mental, raga dan jiwa, lahir dan batin. Menjadi perhatian dan peduli adalah cara bagi para orang tua dan guru untuk menjadi sahabat dan pendengar yang baik bagi mereka. Pengawasan terhadap remaja dapat diubah menjadi suatu kegiatan yang lebih manusiawi, seperti melibatkan remaja dalam diskusi dan kegiatan yang menyenangkan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar remaja memiliki waktu yang cukup untuk mengembangkan seluruh potensi dan mewujudkan cita-citanya.

Para orang tua dan pendidik harus mampu menjawab keingintahuan remaja dan segala hal yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan dunianya. Jika keingintahuan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka dikhawatirkan para remaja akan mencari celah atau bahkan menemukan sesuatu yang dapat mengalihkan perhatiaannya dari sikap fokus untuk pengembangan diri menjadi terlena dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Kekosongan tersebut menjadikan remaja sebagai anak muda yang haus akan perhatian dan kasih sayang, ditambah lagi tentang ilmu pengetahuan yang tidak sempat diketahui, dipelajari, dan diamalkan. Selanjutnya, kita akan menyaksikan bom waktu akan meledak manakala kekosongan interaksi antara remaja dengan dunia sekitarnya, serta dengan orang-orang dari lingkungannya tidak memiliki kesadaran dan kepedulian untuk memperbaiki diri dan keadaan.

Kegiatan positif mampu menjadi media pengembangan diri, hobi, serta minta remaja. II Photo: Dok. Pribadi.
Kegiatan positif mampu menjadi media pengembangan diri, hobi, serta minta remaja. II Photo: Dok. Pribadi.
Pemerintah sesuai dengan nawacita ingin memberikan yang terbaik baik generasi Indonesia yang akan datang, negara akan berperan aktif dalam mendidik serta melindungi pemuda dan pemudi Indonesia dari berbagai macam pengaruh negatif. Menciptakan kualitas generasi muda yang unggul bukan pekerjaan yang mudah, namun jika kita tidak saling membantu dan bergotong-royong demi kemajuan bangsa dan negara serta generasi cemerlang di masa yang akan datang tentu akan menimbulkan masalah baru yang lebih kompleks. Jadi, marilah kita saling berpegangan tangan yang erat untuk menghadapi tantangan global yang sudah ada di hadapan kita.

Dalam kerangka menjaga hidup dan kesehatan, kita juga berkewajiban untuk menjaga integritas (keutuhan) keseluruhan (total) yang melekat pada diri manusia, sebab hanya dengan keutuhan dan keseluruhan itu, manusia dapat menjalankan aktifitasnya dengan normal dan maksimal. Mengajarkan remaja untuk menyayangi dan mencintai dirinya adalah awal yang sangat penting, dengan begitu ia akan menghargai dirinya, dan bertanggung jawab atas apa yang Tuhan anugerahkan kepadanya. Memiliki kepercayaan diri untuk bersyukur bahwa ia diciptakan sebagai manusia yang berakal sehat dan memiliki potensi yang akan terus berkembang. Dia juga akan memiliki empati dan menghargai sesama. Bersikap lemah lembut kepada orang lain dan tegas kepada dirinya untuk menjadi pribadi yang teguh memegang prinsip. Semoga para remaja Indonesia menjadi insan cendikia yang berbudi luhur sesuai dengan harapan keluarga, bangsa, agama, dan negara.

Referensi

Kusmayanto, C.B, Bioetika, Kompas Gramedia, Jakarta, 2016.

Notoatmodjo, Soekidjo, Prof, Dr, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, 2014.

Mundiatun, Dra, M.Si, dan Daryanto, Drs, Pengelolaan Kesehatan Lingkungan, Gava Media, 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun