Mohon tunggu...
Tri Ratnawati dr
Tri Ratnawati dr Mohon Tunggu... Dokter - Dokter umum

Menulis, memasak

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Jebakan Hustle Culture Berdampak Timbulnya Boiling Frog Syndrome

10 Agustus 2023   21:27 Diperbarui: 11 Agustus 2023   21:30 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika air hampir mendidih, katak ingin melompat namun sudah tidak bisa karena telah menghabiskan seluruh tenaganya untuk menyesuaikan suhu. 

Layaknya katak, manusia terkadang memaksakan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang tidak nyaman namun membahayakan mentalnya tanpa memikirkan dampak destruktif lingkungan tersebut untuk jangka waktu panjang.

Apakah kamu?

  • Sering merasionalkan sikap seseorang sehingga kamu menjadi people pleaser
  • Terlalu sibuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja sehingga lupa akan kebutuhan diri sendiri
  • Memaksakan diri untuk beradaptasi dan bertahan dalam lingkungan kerja yang tidak sehat

www. tirto.id
www. tirto.id

Jika kamu merasakan itu semua, mungkin ini saatnya kamu harus menentukan pilihan kedepannya. Apakah"ingin bertahan ditempat kerja saat ini" atau memilih untuk resign?

Apakah jika aku resign tanda aku seorang pengecut yang tidak tahan banting dalam lingkungan kerja?

Saat kesehatan fisik dan kesehatan mental menjadi taruhan bahkan terganggu akibat sistem maupun lingkungan kerja, terkadang melarikan diri, melompat dari kapal atau resign merupakan salah satu solusi. 

Untuk memutuskan resign, alangkah bijaknya kita siapkan jauh-jauh hari baik planning pekerjaaan kedepan yang akan kita tekuni dan kita siapkan dana darurat selama proses kita mencari atau membangun karir yang baru.

Bagaimana Cara Mencegah Boiling Frog Syndrome?

Kunci utama untuk menghindari boiling frog syndrome adalah kesadaran, namun beberapa hal yang dapat kita lakukan meliputi:

1. Membuat planning karir yang jelas. Evaluasi setiap planning karir yang telah kita buat sehingga saat berada dalam lingkungan maupun sistem kerja yang negatif vibes kita akan lebih cepat untuk mengambil keputusan untuk bertahan atau resign.

2. Temukan teman atau pasangan yang dapat berbagi segala problem baik masalah pekerjaan maupun pribadi lainnya sehingga akan mengurangi dampak mental illness yang ditimbulkan akibat pekerjaan.

3. Buat check list target pencapaian yang telah tercapai dan rutin lakukan evaluasi.

4. Menerapkan sistem quiet quitting atau bekerja sesuai tugas pokok yang diamanahkan ke kita sehingga terjaga work life balance.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun