Mohon tunggu...
Tri Ratnawati dr
Tri Ratnawati dr Mohon Tunggu... Dokter - Dokter umum

Menulis, memasak

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Food Vloger Apakah Rentan Mengalami Binge Eating Disorder?

30 Juli 2023   08:57 Diperbarui: 31 Juli 2023   21:15 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makan berlebihan. (Shutterstock via Kompas.com)

Makan merupakan kegiatan mengonsumsi makanan atau minuman yang biasanya untuk menyediakan sumber energi untuk makhluk hidup atau organisme. 

Pada umumnya, manusia makan sebanyak 3 kali yaitu pagi, siang, dan malam serta snack time di antara waktu makan pagi dengan siang dan snack antara makan siang ke makan malam. 

Makan harus memenuhi kebutuhan kalori harian, agar kita bisa beraktivitas secara normal. Makan harus memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin yang diperlukan oleh tubuh.

Tidak semua orang memiliki kebiasaan makan yang normal, ada beberapa orang yang mengalami gangguan makan. Gangguan makan adalah sikap yang berbeda terhadap makanan yang menyebabkan seseorang mengubah perilaku dan kebiasaan makannya. 

Kondisi ini akan berdampak serius bagi kesehatan, emosi dan kemampuan seseorang dalam berbagai fungsi kehidupan yang penting. Seseorang yang mengalami gangguan makan dapat mengonsumsi makan lebih sedikit atau terlalu banyak, serta terobsesi pada berat badan atau bentuk tubuhnya.

Secara umum penyebab gangguan makan belum diketahui penyebab pastinya, namun beberapa faktor yang berpengaruhi gangguan makan meliputi:

1. Genetik. Kondisi genetik tertentu bisa memicu sebagai penyebab gangguan makan.

2. Psikologis. Masalah makan lebih berisiko terjadi pada orang dengan depresi, obsesive compulvise disorder, dan gangguan kecemasan.

3. Budaya. Indonesia memiliki berbagai macam suku dan adat sehingga beberapa budaya ada yang memiliki kebiasaan pantang terhadap makanan tertentu.

Era digital dan perkembangan sosial media yang pesat memicu peningkatan jumlah konten kreator termasuk bidang kuliner. Konten kreator yang menyediakan konten terkait makanan biasa dikenal dengan food vlogger. 

Diolah pribadi melalui Canva (Dokumentasi pribadi)
Diolah pribadi melalui Canva (Dokumentasi pribadi)

Banyak sekali food vloger legendaris seperti Bondan Winarno, Inces Nabati, Tanboykun sampai Mgdalenaf. Konten food vlogger yang ditampilkan mulai review makanan maupun mukbang. 

Penulis merangkum beberapa sumber mendefinisikan mukbang sebagai siaran daring di mana seseorang menyantap makanan dan biasanya sambil berinteraksi secara live kepada penontonnya. Kegiatan mukbang akhir-akhir ini identik dengan konsumsi makanan dalam jumlah yang berlebihan. 

Secara medis gangguan makan berlebihan dikenal dengan istilah dengan binge eating disorder. Namun, apakah semua orang yang melalukan mukbang mengalami gangguan tersebut?

Kegiatan mukbang memiliki dampak baik positif maupun negatif. Dampak positif mukbang adalah mengurangi stress, meningkatkan nafsu makan dan mengurangi kesepian. 

Kegiatan mukbang dipercaya dapat menimbulkan rasa bahagia dan terhibur karena otak menghasilkan hormon serotonin, dopamin, dan endorfin sehingga membuat suasana hati menjadi lebih baik sehingga stres berkurang dan memicu makan menjadi lebih banyak.

Dampak negatif kegiatan mukbang adalah munculnya berbagai macam masalah kesehatan seperti obesitas, sleep apneu obstruktif, kanker, penyakit jantung, hipertensi, radang sendi dan DM Tipe-2. 

Mukbang juga dapat menimbulkan gangguan mood atau rasa bersalah akibat makan berlebihan dan gangguan tidur. Mukbang biasanya dilakukan untuk tujuan entertaiment dan mencari viewer sehingga konten kreator mendapatkan penghasilan yang besar.

Secara medis gangguan makan berlebihan dikenal dengan binge eating disorder. Binge eating disorder menurut diagnostic and statistical manual of mental disorder (DSM)-5 merupakan gangguan makan yang ditandai seseorang untuk makan secara berlebihan atau selalu makan dalam porsi besar tanpa kemampuan untuk mengontrol atau menghentikan kebiasaan tersebut. 

Penyebab pasti binge eating disorder belum diketahui, namun sejumlah faktor risikonya meliputi:

  • Terdapat anggota keluarga yang memiliki riwayat gangguan pola maka
  • Memiliki riwayat depresi, gangguan bipolar, kecanduan alkohol dan zat tertentu
  • Trauma emosional akibat dibully, pelecehan seksual atau ditinggal orang yang terkasih
  • Memiliki citra yang negatif atau ketidakpuasaan terhadap bentuk tubuh.

Binge eating disorder memiliki gejala dan tanda sebagai berikut:

1. Cara makan yang lebih cepat daripada orang pada umumnya

2. Makan dalam porsi yang banyak, meski tidak merasa lapar

3. Makan yang banyak hingga terlalu kenyang dan membuat perut tidak nyaman

4. Menyendiri saat makan agar orang lain tidak tahu seberapa banyak makanan yang dikonsumsi

5. Pada beberapa penderita BED, umumnya disertai dengan bulimia

Seseorang didiagnosis sebagai BED, jika muncul setidaknya gejala-gejala di atas 1 kali seminggu dalam 3 bulan. Klasifikasi BED dikatakan ringan jika 1-3 kali per minggu, BED berat jika 8-13 kali seminggu dan BED sangat berat jika lebih dari 14 kali seminggu.

Beberapa rekomendasi penulis untuk membantu mengatasi binge eating disorder meliputi:

  • Cari tahu faktor pemicu dari episode binge eating disorder. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan dorongan makan berlebihan.
  • Konsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang. Makan tinggi protein dengan lemak sehat, buah-buahan dan sayuran sehingga kenyang lebih lama dan terpenuhi asupan gizi.
  • Lakukan olahraga teratur untuk membentuk menjaga berat badan serta mengurangi gangguan mood dan kecemasan.
  • Istirahat dan tidur yang cukup untuk mengurangi pemicu makan berlebihan.
  • Konsultasi ke dokter spesialis kejiwaan jika Anda menemukan keluhan klinis di atas agar mendapatkan tatalaksana yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun