Mohon tunggu...
Umu Nusaibah
Umu Nusaibah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Life Goes On

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kerentanan Tatanan Ekonomi pada Masa Pandemi serta Peran Pemerintah dalam Menghadapinya

29 Juni 2021   21:07 Diperbarui: 29 Juni 2021   21:24 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ya, sektor perekonomian sendiri memiliki banyak bidang atau bagian yang lebih luas lagi. Salah satu bagian perekonomian yang terdampak pertama kali terkait kebijakan PSBB & lockdown adalah bagian ketenagakerjaan.

Sampai saat ini saja sudah banyak perusahaan yang hampir dan sudah gulung tikar, dengan kata lain tidak sedikit pula tenaga kerja yang dirumah kan hingga harus di PHK.

Pemerintah terkesan setengah hati untuk memenuhi kebutuhan rakyat yang seolah-olah hanya untuk meredam kepanikan dan sikap kritis masyarakat di tengah wabah Covid-19. Dengan programnya yang masih menyasar golongan tidak mampu, itu pun dengan sederet syarat yang harus ditempuh,

 Pada akhirnya menuai kecemburuan sosial. Disamping itu pemerintah belum dapat maksimal dalam menjalankan sistem penyaluran jaring pengaman sosial akibat terkendala pendataan.

Berdasarkan hal diatas, maka program Jaring Pengaman Sosial (JPS) bukanlah solusi yang tepat untuk menghadapi Covid-19 sebab masyarakat membutuhkan rasa aman.

Selanjutnya yaitu peranan sektor pertanian, peranan sektor pertanian dalam perekonomian suatu negara atau suatu daerah dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), kontribusi sektor pertanian terhadap kesempatan kerja. (Arifin, 2004).

BPS mencatat sektor pertanian memiliki kontribusi sebesar 13,70 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional atau terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan 19,88 persen.

Selama masa pandemi Covid-19 pada 2020, nilai realisasi ekspor buah-buahan segar dan olahan US$389,9 juta. Lebih detail, ekspor buah-buahan segar sebesar US$96,3 juta, meningkat sebesar 30,31 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa produk buah-buahan Indonesia diminati oleh pasar global. Dengan begitu, perlu dikembangkan untuk meningkatkan daya saing produk serta meningkatkan kontribusi ekspor buah-buahan terhadap devisa negara. Susiwijono (2020)

Oleh karena itu, kerja sama kemitraan dengan petani perlu didorong agar petani dapat terbantu dalam merancang pola produksi hingga pemasaran sehingga petani menjadi mandiri dan tangguh.

Pada saat pandemi Covid 19 sekarang ini, pemerintah membutuhkan anggaran tambahan yang cukup besar untuk menjaga kestabilan perekonomian dengan memberikan bantuan kepada masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun