Mohon tunggu...
Umul
Umul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menyikapi Maraknya Penyimpangan Seksual Remaja dari Perspektif Hukum, Kesehatan, dan Peranan Keluarga

28 Desember 2024   20:54 Diperbarui: 30 Desember 2024   12:27 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pernahkah kalian berpikir, seberapa besar pengaruh perkembangan teknologi dan informasi terhadap perilaku seksual remaja saat ini? Atau mungkin, kita sering mendengar berita tentang penyimpangan seksual yang dilakukan oleh kalangan remaja, baik yang terjadi di dunia nyata maupun dunia maya. Menariknya, meskipun masalah ini telah menjadi perhatian banyak pihak, tidak semua orang memahami secara mendalam tentang bagaimana penyimpangan seksual remaja ini bisa terjadi, serta dampaknya baik dari sisi hukum maupun kesehatan.

Di artikel ini, kita akan membahas bagaimana mahasiswa Universitas Andalas memandang fenomena penyimpangan seksual yang terjadi pada remaja dan melihat sisi hukum yang mengatur masalah ini dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan fisik dan mental remaja. Jadi, mari kita simak lebih lanjut!

Apa Itu Penyimpangan Seksual Remaja?

Penyimpangan seksual adalah tindakan seksual yang dianggap tidak sesuai atau menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Sulaiman (2022), penyimpangan seksual dapat mencakup perilaku seperti homoseksualitas, pelacuran, dan kecenderungan seksual lainnya yang tidak sesuai dengan norma sosial atau agama yang berlaku di suatu daerah.

Menurut Macionis (2010), penyimpangan seksual adalah perilaku yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat atau nilai-nilai sosial yang berlaku dalam suatu kelompok. Pada remaja, penyimpangan seksual dapat mencakup perilaku seperti seks bebas, penyalahgunaan teknologi untuk tujuan seksual, serta eksploitasi seksual di dunia maya (Furman, 2006).

Penyimpangan seksual sering kali dipicu oleh banyak faktor, termasuk pengaruh media, pergaulan, kurangnya pendidikan seksual, serta kondisi keluarga dan lingkungan sosial.

Bagi sebagian remaja, proses pencarian identitas seksual adalah bagian dari pertumbuhan. Namun, jika perilaku seksual tersebut tidak dikendalikan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang negatif, hal ini dapat berujung pada penyimpangan seksual yang dapat merugikan mereka dalam jangka panjang.

Mahasiswa Universitas Andalas, yang berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang yang beragam, memiliki pandangan yang cukup kritis terhadap masalah ini. Banyak di antara mereka yang berpendapat bahwa penyimpangan seksual pada remaja terjadi karena minimnya pendidikan seksual yang diberikan sejak dini. Mereka juga menyoroti peran penting keluarga dalam memberikan pengawasan dan membangun komunikasi yang terbuka mengenai seksualitas.

Menurut mereka, peran media sosial dan internet sangat besar dalam memperburuk kondisi ini. Banyak remaja yang mengakses konten seksual yang tidak sesuai dengan usia mereka dan sering kali menganggapnya sebagai hal yang biasa. Tidak hanya itu, mahasiswa juga menekankan pentingnya peran pendidikan seksual yang tepat sejak dini. Banyak remaja yang belum mendapatkan informasi yang cukup mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi, sehingga mereka mudah terjerumus dalam perilaku yang tidak sehat.

Di Indonesia, terdapat beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur tentang penyimpangan seksual. Salah satunya adalah pasal tentang perbuatan cabul. Pasal 289 KUHP menyatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan cabul terhadap orang lain, baik yang sejenis atau tidak, dapat dikenakan pidana penjara.

Dari sisi kesehatan, penyimpangan seksual remaja bisa membawa dampak yang serius, baik fisik maupun psikologis. Remaja yang terlibat dalam perilaku seksual yang tidak sehat bisa berisiko terkena penyakit menular seksual (PMS) seperti HIV/AIDS, gonore, dan sifilis. Selain itu, kehamilan yang tidak diinginkan juga menjadi salah satu konsekuensi dari perilaku seksual yang tidak terkontrol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun