"Fenomena ini bukan memiliki arti baik atau buruknya terhadap suatu kejadian di bumi, dulu mereka menganggap gerhana ini pertanda berkabungnya bulan kepada wafatnya putra Rasul. Kemudian Rasul bersabda :Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah tanda2 kebesaran Allah," tambahnya.
Kalau terjadi gerhana Matahari, lanjutnya atau Bulan, maka laksanakan sholat kemudian segera kembali pada Allah dengan berdzikir kepada Allah.
"Berdasarkan kepada ayat-ayat Al-Quran dan mendasarkan sunnah rasul dengan rincian cara melaksanakan sholat gerhana itu yaitu 4 rukuk dan 4 sujud dalam 2 rakaat," jelasnya.
Apabila dilihat dari waktu sholat gerhana itu dilaksanakan saat terjadinya gerhana, entah gerhana Bulan atau m
Matahari. menunaikan sholat gerhana itu mulai dari awal terjadinya gerhana sampai gerhana selesai. hal ini disesuikan dengan kemampuan masing-masing.
"Tata cara melaksanakan sholat gerhana, dimulai komando dari imam. Tidak ada adzan tidak ada iqomah tetapi komando dari imam yang sudah dituntunkan oleh rasul 'as-salatu jami'ah, mari kita laksanakan sholat berjamaah. maka imam dan makmum siap sholat menghadap kiblat," ungkapnya.
Sholat gerhana dilaksanakan secara jahar yang artinya jelas. Diawali dari takbiratul ihram, membaca doa iftitah, membaca taawuz basmallah lalu membaca surat Al-Fatihahdan surat yang panjang, kemudian rukuk, i'tidal, berdiri tegak, lalu membaca Al-Fatihah, membaca surat tetapi tidak sepanjang surat yang pertama, rukuk, itidal, sujud, duduk diantara dua sujud, sujud, bangun dari sujud berdiri membaca Al-Fatihah, surat panjang tetapi tidak sepanjang sebelumnya kemudian rukuk, i'tidal Al-Fatihah lagi, kemudian membaca surat panjang tetapi lebih singkat lagi dari sebelumnya, rukuk, itidal, sujud duduk diantara dua sujud, sujud, duduk tahiyat akhir, dan salam.
"Setelah itu imam berdiri menghadap makmum untuk melaksanakan khutbah secara singkat, isinya memberi nasehat dan peringatan kepada makmum,tentang tanda-tanda kekuasaan Allah. menjelaskan peristiwa gerhana baik secara syar'i ditambah penjelasana secara ilmiah," pungkasnya (Fika/Humas)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H