Manifesti yang paling jelas adalah pengalaman menyelenggarakan muktamar yang teduh (tidak gaduh), damai, dan bermartabat.
Saat Musa Jadi Masalah
Varian Musa mulai menjadi persoalan ketika sudah menyentuh sendi-sendi organisasi. Sebagian dari mereka bekerja di amal usaha Muhammadiyah, tapi tidak berupaya membesarkan Muhammadiyah. Bahkan mengajak teman-temannya untuk tidak loyal kepada keputusan organisasi.
Ada juga yang lebih serius. Mereka mendiskreditkan Muhammadiyah sebagai penganut bid'ah, karena pada masa Nabi, kata mereka, tidak ada organisasi. Mereka mencoba menguasai masjid, mushala, lembaga pendidikan, dan forum pengajian. Mereka tidak memajukan Muhammadiyah tapi membuatnya tidak berdaya.
Muhammadiyah dibiarkan jadi tinggal kulit, sedangkan isinya sudah jadi salafi. Yang menarik, mereka masih tetap mengaku, dan bekerja di amal usaha, Muhammadiyah.
Hubungan antara Muhammadiyah dan AMCF (Asia Muslim Charity Foundation) tidak lepas dari persoalan adanya Musa itu. Ada beberapa keluhan yang disampaikan oleh pimpinan persyarikatan di beberapa tempat. Keluhan itu menyebutkan adanya pimpinan, seperti direktur, dan ustadz yang tidak mau menanamkan ideologi Muhammadiyah, bahkan mengecamnya sebagai tidak mengikuti sunnah.
Demikian juga apa yang terjadi di dalam gerakan dakwah di daerah-daerah terpencil. Banyak mubaligh yang direkrut oleh AMCF dan ditempatkan di ranting atau cabang Muhammadiyah, tetapi tidak mau mendakwahkan pemahamanan Muhammadiyah. Lebih parah lagi, di lapangan mereka berlawanan dengan muballigh Muhammadiyah setempat.
Problem di Lapangan
Kesenjangan (discrepancy) di lapangan seharusnya bisa teratasi. Beberapa kali diskusi antara Muhammadiyah dan Syaikh Khoory sebagai penguasa tertinggi AMCF telah berlangsung.
Syaikh Khoori selalu menyatakan bahwa AMCF akan selalu mengikuti keputusan Muhammadiyah baik soal kurikulum pendidikan maupun rekrutmen tenaga pendidik dan mubaligh. Demikian juga, dalam program dakwah: AMCF akan memberhentikan dai yang menimbulkan masalah bagi Muhammadiyah.
Baca juga:Â FBHIS Umsida Undang Pakar dari Malaysia di Acara Curriculum Benchmarking and Visiting Professor