"Jadi dengan mengikuti kompetisi ini, saya merasa bangga karena tulisan saya bisa diterbitkan dalam sebuah buku, ya walaupun belum buku solo. Tapi menurut saya itu merupakan salah satu karya saya yang terbaik," Lanjutnya.
Kerap jenuh karena monoton
Menulis bisa dibilang sebagai kegiatan yang monoton karena dibutuhkan ide yang banyak sedangkan dituangkan dalam bentuk hitam di atas putih Hafsah pun mengaku bahwa ia merupakan tipe orang yang mudah bosan dan kerap terdistraksi.
Ia mengungkapkan, "Kalau misal saya merasa bosan atau monoton gitu ya saya berhenti sebentar. Taoi saya adalah orang yang kurang konsisten. Misalnya saya memiliki projek solo, saat di pertengahan menulis saya merasa jenuh, lalu saya berhenti dan mengeksplorasi ide lain yang lebih fresh. Nah, sikap seperti itulah yang membuat saya tidak kunjung menyelesaikan projek pertama saya karena terdistraksi tadi,".
Biasanya, lanjut Hafsah, ia mendapatkan ide dimana dan kapan pun. Misalnya sedang nongkrong atau di cafe melihat satu peristiwa atau melihat seseorang yang melakukan sesuatu, bisa dijadikan ide tulisan, terlebih ia merupakan penulia fiksi yang bergenre romance.
Jika dulu Hafsah membaca buku fisik, terlebih saat di pondok pesantren. Namun ketika kuliah, ia lebih sering membaca novel digital untuk mendapatkan ide cerita. Selain itu, Hafsah juga mengikuti komunitas untuk mengasah kemampuannya. Ia bergabung dan komunitas literasi yang ada di Sidoarjo bernama Komunitas Lingkar Pena.
Dari penulis jadi wisudawan berprestasi
Dengan banyaknya karya yang telah ia tulis membuat Hafsah Hazimah harus memilah kesibukannya. Ia bukan tipikal orang yang membuat jadwal daily plan weekly plan atau Rencana pasti.
Lihat juga: Tepis Anggapan Akan Telat Lulus Kuliah, Atlet Karate Ini Jadi Wisudawan Berprestasi
"Saya lebih ke menyesuaikan dengan kebiasaan saya saja. Jika waktunya kuliah, saya fokus kuliah dan tugas-tugasnya. Tapi jika di sela-sela itu masih ada space, itu yang saya gunakan untuk menulis," sambung perempuan yang memiliki 6 buku antologi ini.
Mendapatkan predikat wisudawan berprestasi pada wisuda ke-42 Umsida merupakan hal yang luar biasa baginya. Setelah mengetahui kabar gembira tersebut, Hafsah langsung memberitahu ibunda tercintanya, namun tidak kepada ayah dan neneknya. Hafsah berniat untuk memberi kejutan pada mereka sebagai hadiah kelulusannya.
"Alhamdulillah semua terharu dengan kejutan saya ini. Senang dan bersyukur tentunya dengan pencapaian saya. Saya bersyukur bisa berkuliah di umsida karena kampus ini dipenuhi dengan hal baik yang belum tentu bisa saya dapatkan di kampus lain," Pungkasnya.