Mohon tunggu...
Umsida Menyapa
Umsida Menyapa Mohon Tunggu... Jurnalis - Humas
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Humas Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Selanjutnya

Tutup

Politik

#Kadrun Mencuat Lagi di Pilpres 2024, Kata Riset Dosen Umsida

18 Oktober 2023   15:16 Diperbarui: 18 Oktober 2023   15:19 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lihat juga: Ini 7 Pernyataan PP Muhammadiyah Tentang Perang Israel-Palestina

Penyajian opini yang dilakukan oleh buzzer melalui #kadrun jelas mengarah pada konstruksi politik identitas Anies Baswedan yang negatif karena melibatkan unsur psikologis yang dalam "agama dan etnis". Konstruksi politik identitas pada agama dan etnis telah menjadi suatu kecenderungan di media sosial sejak terjadinya ajang politik pada Pemilu 2019. Agama merupakan objek yang rawan terkonstruksi demi kepentingan ekonomi dan politik. Dalam pandangan akademisi bidang agama dan politik, afiliasi agama penting untuk menumbuhkan sikap dan partisipasi politik yang lebih baik, namun banyak orang pada akhirnya terjebak pada hal yang negatif ketika mencampuradukkan afiliasi agama dengan identitas politik sehingga menjadi politik identitas.

Keberadaan buzzer untuk menjatuhkan lawan politik

Dari #Kadrun, buzzer tidak hanya menciptakan konstruksi politik identitas Islam Radikal, namun juga menyerang semua kelompok oposisi, meskipun pada awalnya tagar Kadrun digunakan untuk melabeli kelompok 212 dan oposisi kelompok Islam keturunan Arab. Walau Anies tidak beroposisi dengan pemerintah ketika menjabat sebagai Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, namun Anies juga dibingkai sebagai pendukung gerakan oposisi Islam garis keras, termasuk juga partai-partai yang dinilai buzzer sebagai partai oposisi,.

Fenomena buzzer telah menjadi perhatian dunia. Mengutip penelitian yang dilakukan oleh Bradshaw & Howard pada tahun 2019, di 70 negara menemukan 89% telah menggunakan buzzer untuk menyerang lawan politiknya. Kecenderungan buzzer ini menggunakan akun palsu untuk mengkonstruksi politik identitas lawan politiknya. Hal ini tentu memunculkan ketidakpastian fakta dalam konten yang dibuat oleh buzzer, oleh karenanya. Buzzer menggunakan kutipan portal berita online untuk meyakinkan masyarakat dan menghubungkan unsur pendukung lainnya. 

Lihat juga: Cegah Gerakan Radikal Melalui Integrasi Darul 'Ahdi wa Syahadah

Seperti penekanan judul, angle foto dan background, penggunaan istilah Wan Abud, khilafah, dan selalu menekankan struktur kalimat di tiap konten pada siapa dan mengapa, yang dalam hal ini Anies atau pendukungnya melakukan tindakan tercela karena ingin mendirikan negara khilafah. Istilah-istilah penggunaan bahasa obyektif tersebut dalam sebuah konstruksi realitas oleh Berger disebut sebagai objektifikasi. 

Proses ini adalah usaha untuk meyakinkan komunikan bahwa apa yang telah disosialisasikan dianggap objektif dan sudah sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang ada di masyarakat. Misalnya berulang kali mendengungkan kata khilafah dan Islam radikal untuk meyakinkan masyarakat bahwa Anies dan para pendukungnya adalah kelompok intoleran yang tidak sesuai dengan cita-cita Pancasila. 

Sumber: Konstruksi Identitas Politik di Instagram: Menyingkap Gerakan Tagar Kadrun dalam Pemilihan Presiden 2024 di Indonesia oleh Ferry Adhi Dharma MIkom

Penulis: Romadhona S

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun