Mohon tunggu...
Umsida Menyapa
Umsida Menyapa Mohon Tunggu... Jurnalis - Humas
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Humas Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebohongan Antarpribadi di Era Self-Media

7 Juli 2023   14:01 Diperbarui: 7 Juli 2023   14:11 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus kebohongan lain yang pernah terjadi adalah kasus dari pengguna berinisial RA. Dalam kontennya, RA bersama kekasihnya yang berinisial RW saat itu mengunggah konten video vlog yang berjudul "Kacang Ijo vs Cokelat" video tersebut dibuat dengan menampilkan RA yang mengenakan seragam polisi. Dalam berita yang dimuat oleh Tribunnews.com tahun 2021, dijelaskan bahwa pengguna tersebut akhirnya ketahuan sebagai polisi gadungan setelah salah satu konten videonya viral di TikTok.

Dari keterangan pihak kepolisian, alasannya membuat konten tersebut hanya untuk bersenang-senang. Padahal, dampak dari kebohongannya tersebut dapat mencemarkan nama baik Kepolisian Republik Indonesia karena aktivitas informasi dalam unggahan konten yang ia buat. Bahkan RW selaku kekasihnya juga tidak mengetahui bahwa pada realitanya, selama ini RA bukan polisi sungguhan. RA hanya membeli seragam polisi secara online untuk melakukan hal guna memperoleh kesenangannya sendiri.

Beberapa contoh fenomena kebohongan yang terjadi, dapat dilihat bahwa media sosial TikTok termasuk salah satu medium komunikasi massa yang di dalamnya dapat mengandung kebohongan. Dalam studi ilmu komunikasi telah dijelaskan bahwasannya ada salah satu teori yang disebut IDT (Interpersonal Deception the Theory) atau Teori Kebohongan Antarpribadi.

Jika didasarkan menggunakan teori tersebut, fenomena kebohongan itu terjadi karena ada beragam motif yang membuat individu melakukan kebohongan. Yang pertama, individu secara sengaja melakukan penipuan dan menyesatkan informasi kepada orang lain. Kedua, individu menghindari supaya tidak menyakiti hati atau menyinggung perasaan orang lain. Ketiga, menghindari konflik dan mempercepat atau memperlambat hubungan.

Maka itu, dari semua pembahasan di atas bisa disimpulkan bahwa era self-media memiliki pengaruh yang membuat individu kerap melakukan aktivitas kebohongan. Kebutuhan citra diri, meningkatkan engagement dari akun mereka, membuat banyak orang yang minim ide positif bertindak menggunakan cara yang negatif, dengan salah satunya melakukan unsur kebohongan.

Padahal, cara negatif itu berdampak tidak hanya ke diri pelaku, namun juga berdampak ke orang lain. Tentu, kita sebagai pengguna media sosial, khususnya seorang content creator harus membuat konten-konten positif yang real dan dapat dipertanggung jawabkan. Semua konsep konten yang dibuat juga tidak boleh mengandung unsur kecurangan dan menyesatkan orang lain.

Sebaliknya, sebagai pengguna media sosial juga meski hanya bertindak sebagai penonton atau pelihat konten saja, kita harus cermat dalam mengkonsumsi konten-konten yang ada di media sosial. Beberapa poin penting yang perlu diketahui adalah, memastikan identitas dari akun yang kita ikuti. Perhatikan setiap akun yang kita ikuti. Apakah akun tersebut dikelola pribadi, atau milik sebuah kelompok dan organisasi. Periksa latar belakang dari akun tersebut, dan periksa fakta-faktanya. Tidak menelan mentah-mentah apapun jenis konten, dan tidak mudah percaya dengan konten di media sosial. Apalagi di era self-media banyak konten yang dapat dimanipulasi. Berhati-hati dengan konten provokatif.

Kita juga harus memahami bahwa media sosial adalah entertainment. Punya batasan penggunaan. Semakin sering seseorang melihat sebuah konten, makin mudah untuk mereka percaya, karena konten-konten media sosial punya kekuatan mempengaruhi persepsi. Meskipun tidak semua yang ada di media sosial itu palsu, tetap saja kita perlu memiliki kewaspadaan diri dan berhati-hati.

Penulis : Alfaro Mohammad Recoba

Editor: Rani Syahda Hanifa

*Humas Umsida

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun