Mohon tunggu...
Umsida Menyapa
Umsida Menyapa Mohon Tunggu... Jurnalis - Humas
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Humas Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebohongan Antarpribadi di Era Self-Media

7 Juli 2023   14:01 Diperbarui: 7 Juli 2023   14:11 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejauh Mana Media Sosial Mempengaruhi Interaksi Sosial Pengguna

Saat menjelajahi sosial media, tentu saja kita akan menemukan bahwa setiap orang adalah protagonist dari akun mereka, yang kemudian itu menunjukkan diri mereka sendiri untuk membuat branding diri secara online. Inilah era self-media. Twitter, Instagram, Facebook, TikTok, hingga platform-platform sosial media yang lain sangat mendorong pengguna untuk menunjukan diri secara serius dalam mengelola dan mengoperasikan akun. Dalam keadaan ini, apa yang dapat dilakukan?

Perlu diketahui bahwa self-media juga merupakan era di mana seorang pengguna media sosial menunjukkan diri mereka sendiri dan membuat pencitraan diri secara online. Dalam hal ini maka, 'konten' selalu menjadi inti. Ketika seseorang belum menjadi orang yang terkenal atau public figure tentu saja kualitas dan daya tarik dari konten yang hendak diunggah akan menjadi inti yang paling utama. Yang berarti bagaimana kemudian konten tersebut dikemas semenarik mungkin, agar mendapatkan engagement atau mengundang interaksi yang tinggi.

Kemudian, cara mengoperasikan dan mengelola akun itu penting. Hal-hal apa saja yang harus disertakan di dalam konten supaya bisa menjadi menarik dan menjangkau orang dengan luas? Artinya penting sekali bagi pengguna untuk mengikuti sebuah tren yang ada, sampai menambahkan sebuah tagar untuk menarik perhatian audiens.

Sebagai pengguna akun, sebuah interaksi juga tidak dapat diabaikan. Citra yang ramah harus dibangun untuk menarik lebih banyak koneksi. Tidak peduli pengguna yang lain itu adalah keluarga, teman, atau orang asing. Ketika sesama pengguna telah membangun hubungan baik, berarti koneksi positif telah terjalin. Meskipun hubungan online mempunyai kesan yang dangkal dan palsu, namun di era self-media, semua orang yang telah terkoneksi dan terlibat itu telah menciptakan lingkungan online sebagai wadah untuk mereka melakukan pemasaran diri dan membangun image.

Secara tidak langsung, dan secara tidak disadari, berdasarkan data dan fakta yang sudah terjadi, fenomena kehidupan di era self-media telah berlangsung lama sejak munculnya teknologi internet. Lalu dari fenomena ini, tentu saja ada sisi dampak negatif yang ditimbulkan, dan itu bisa bersifat bahaya bagi pengguna sosial media.

Kesimpulan sederhananya adalah era self-media telah mendorong seseorang (dalam hal ini adalah pengguna media sosial) supaya ingin menjadi populer dengan memiliki jumlah followers yang tinggi, jumlah like yang banyak, hingga komentar-komentar positif dari orang lain. Dari fenomena inilah, saya menemukan adanya aktivitas negatif di era self-media yang pernah menjadi sebuah penelitian, yang saya teliti. Salah satu aktivitas negatif yang ada ialah adanya kebohongan antarpribadi, khususnya pada platform sosial media TikTok.

Demografi pengguna TikTok di Indonesia berdasarkan data situs ginee.com yang menganalisis seberapa banyak jumlah pengguna TikTok, menyebutkan pada tahun 2021 ada sebanyak 76% pengguna TikTok di Indonesia yang usianya antara 18-34 tahun. Hal ini menjadi bukti bahwa TikTok merupakan salah satu media sosial dengan jumlah pengguna yang tinggi di Indonesia.

Dari informasi yang beredar, sering terjadi adanya kasus kebohongan di TikTok, yang itu mengakibatkan adanya pihak yang dirugikan. Salah satunya adalah kasus "Viral Video Pasangan Gancet di Tik Tok Ternyata Bohong, Hanya untuk Konten Saja?" yang dimuat di portal berita jurnalmakassar.com. Berdasarkan informasi yang dimuat dari portal berita Jurnal Makassar video tersebut menjadi perbincangan masyarakat hingga dianggap sebagai azab dari berzina atau berhubungan seks di luar nikah. Tetapi fakta sebenarnya dari video tersebut hanyalah settingan atau rekayasa yang sengaja dibuat sebagai hiburan. Akibatnya hal tersebut memicu seorang Uztaz hingga turun tangan.

Contoh Fenomena Kebohongan Pengguna Media Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun