Beliau lantas menceritakan kisah Kyai Dahlan saat mengajarkan surat al Ashr pada santri-santrinya. "Surat Al Quran yang hanya teridiri 3 ayat itu dijarkan oleh kyai Dahlan memakan waktu 7 bulan, isinya singkat, tapi bagaimana menerjemahkan ayat itu tidaklah mudah," paparnya.
"Ayat itu mengajarkan kedisiplinan, tetapi tidak cukup dengan disiplin saja," tandasnya. Kata demi waktu itu, menurut Hidayatulloh, memanggil kita semua agar tidak mengabaikan waktu. Ia melanjutkan bahwa waktu itu akan terus berjalan, tidak akan pernah kembali. Begitu waktu itu telah tertinggal, maka lepas sudah semua kesempatan yang ada.
Meningkatkan kedisiplinan itu, terang Hidayatulloh, merupakan sebuah ikhtiar untuk membangun kesatuan dan soliditas dengan basis keyakinan dan nilai-nilai. Kedisiplinan akan berjalan dengan baik jika ada yang memimpin.
"Maka khoiro ummah itu mengharapkan hadirnya kepemimpinan yang bijak dan amanah di semua level, termasuk dalam level kebangsaan kenegaraan. Nah kalau ini semua bisa diwujudkan maka akan lahir karakteristik yang bisa menghadirkan kebaikan, kemanfaatan, dan kemakmuran bagi umat," tukasnya.
Untuk menghadirkan Khaira ummah, Hidayatulloh menjelaskan isi surat Ali Imron ayat 10 dan ayat 4.
"Waltatum minkum ummatun, dan hendaklah ada sebagian diantara kamu itu segolongan umat yang menyeru, mengajak kepada kebaikan, yang memerintah kepada kemakrufan, dan mencegah dari berbagai macam bentuk kemungkaran, itu akan menjadikan sukses, beruntung, berhasil," tegasnya.
Penerjemahan kata "sebagian diantara kamu" menurut Hidayatulloh tidak dapat diterjemahkan sekelompok kecil dari jamaah ahad pagi ini. Ia mengasumsikan semua jamaah ahad pagi itu sudah termasuk "sebagian diantara kamu" maknanya, semua jamaah harus tampil bersama-sama menjadi khoiro ummah dengan melakukan hal-hal yang telah beliau sebutkan sebelumnya.
"Jadi kalau diterjemahkan lagi menjadi begini, hendaklah dari kalian semua ini harus tampil sebagai umat yang khoir, yang menyeru kepada kebaikan. Jadi yang menyeru kepada kebaikan tidak hanya pimpinan cabang saja, tidak hanya ketua takmir saja tetapi semuanya," tandasnya.
Beliau lantas menghubungkan dengan apa yang seharusnya pemerintah lakukan pemerintah dalam mencegah kemungkaran.
"Coba kita bayangkan kalau ini sudah dilakukan oleh semua orang yang terhimpun dalam komunitas kenegaraan, ada eksekutif, yudikatif, legislatif," tuturnya.
"Kalau mulai presiden sampai pak lurah melakukan seruan kepada kebaikan, ketua DPR, MPR dan seluruh anggotanya di tingkat daerah, mulai pusat, di bidang yudikatif juga misalnya, mulai mahkamah agung sampai hakim, jaksa hingga yang paling bawah, semua melakukan itu, akan dahsyat sekali perubahannya," tandasnya.