Pendekatan ini, katanya, dapat menjaga keseimbangan antara kebutuhan spiritual siswa dan tanggung jawab pendidikan formal, sekaligus menghormati keberagaman budaya di Indonesia.Â
Dengan demikian, kebijakan terkait libur sekolah selama Ramadan perlu dirancang secara bijak, dengan mempertimbangkan keberagaman masyarakat Indonesia, tujuan pendidikan nasional, serta nilai-nilai budaya yang ingin dilestarikan.
Peran Pendidik Jika Kebijakan Diterapkan
Jika wacana libur sekolah selama Ramadan diterapkan, pendidik harus memastikan bahwa siswa tetap belajar meskipun tidak ada kegiatan sekolah langsung.Â
Lebih lanjut, Dr Kemil memberikan cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan tugas atau proyek yang menggabungkan aspek akademis dan nilai-nilai spiritual yang relevan dengan Ramadan.Â
Ia berkata, "Misalnya, siswa dapat diminta untuk menulis jurnal tentang pengalaman mereka selama bulan puasa, mengerjakan proyek sosial, atau melaksanakan kegiatan keagamaan yang kemudian dilaporkan dalam bentuk refleksi,".
Dengan cara ini, pendidik tidak hanya memantau pembelajaran akademik, tetapi juga mendukung pengembangan karakter religius siswa.
Selain itu, teknologi bisa dimanfaatkan untuk menjaga interaksi antara siswa dan pendidik melalui pembelajaran daring atau asinkron. Pendidik dapat memberikan materi pembelajaran dalam bentuk video, tugas, atau soal-soal yang harus dikerjakan siswa dalam waktu tertentu.Â
"Platform daring memungkinkan siswa untuk tetap belajar meskipun tidak berada di sekolah, dan pendidik bisa mengadakan diskusi online untuk membantu siswa," terang Dr Kemil.
Selain itu, imbuhnya, sekolah bisa mengadakan program Ramadan secara virtual, seperti kajian agama atau kegiatan sosial daring.Â
Program-program itu tidak hanya mendukung proses belajar akademik siswa, tetapi juga memperkaya pengalaman spiritual mereka selama bulan Ramadan.