Sekretaris Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Ahmad Muttaqin SAg MAg MA PhD, berkesempatan untuk menyampaikan sambutan pada prosesi wisuda ke 44 Umsida tahun akademik 2024 - 2025 di Auditorium KH Ahmad Dahlan pad Sabtu, (26/10/2024).
Dalam sambutannya, ia mengatakan bahwa bangsa Indonesia sangatlah luas. Â Oleh karena itu, ia berpesan kepada 1445 wisudawan Umsida untuk menyebar ke berbagai daerah tersebut.
Lihat juga: Fortama 2024 Umsida: Prof Widodo Tekankan Pentingnya 2 Hal Ini di Era Digital
"Di tengah negara besar yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, terdapat 164 perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA)," ujarnya di hadapan para wisudawan sesi 2.
Bahkan di Papua terdapat empat PTMA yang mayoritas mahasiswa beragama non muslim. Tapi Muhammadiyah di terima dengan baik di daerah tersebut.
Untuk program studi sendiri, PTMA se-Indonesia memiliki 2.315 program studi yang sedang ditempuh oleh 618.444 mahasiswa di Indonesia.
Para Wisudawan Adalah Manusia Elit
"Dan anda yang saat ini di wisuda, anda adalah kelompok-kelompok elit. Sebab dari seluruh jumlah penduduk di Indonesia yang hampir 300 juta itu, tidak ada dari 12%-nya yang merupakan lulusan perguruan tinggi," kata Guru Besar UIN Sunan Kalijaga dalam bidang Ilmu Studi Agama Agama itu.
Oleh karena itu, imbuh Muttaqin, para wisudawan adalah manusia - manusia elit yang sudah diberi bekal untuk tampil ke masyarakat menjadi problem solver.
"Namun persoalan yang kita hadapi ternyata silih berganti sehingga saya sering menyampaikan, "kapan kita itu siuman?" di tengah berbagai masalah yang saat ini sedang kita hadapi," katanya.
Problem Indonesia untuk Para Wisudawan
Menurutnya, Indonesia adalah bangsa konsumen. Memang jumlah penduduknya besar, tapi lebih banyak hanya mengkonsumsi produk-produk dari luar negeri. Misalnya saja handphone yang menjadi salah satu barang paling penting masyarakat saat ini.
Karena para kawula muda yang bermain gadget, akhirnya mereka dicap sebagai generasi rebahan. Artinya, hanya bermodal rebahan dan gadget dengan beberapa klik, mereka sudah bisa mendapatkan makanan.
Indonesia juga dikenal sebagai yang mudah diadu domba. Banyak perbedaan pendapat yang kerap memicu perpecahan. Misalnya saat pemilihan, banyak masyarakat yang bersikap anarkis, bahkan melakukan tawuran.
Ia mengatakan, "Di sisi lain, banyak generasi-generasi kita yang justru bersikap hedon. Banyak sekali konten yang berisi flexing. Semakin mahal sesuatu yang mereka miliki, maka mereka semakin merasa beken,".
Kemudian, Indonesia juga dicap sebagai bangsa yang cepat marah, "Medsos kita dipenuhi oleh sumpah serapah,".
Kalau sudah seperti itu, katanya, berarti masyarakat akhirnya hanya menjadi bagian dari masalah itu. Masyarakat Indonesia  adalah part of problem, bahkan ada yang menjadi Trouble Maker. Ujungnya, hal tersebut akan membuat masyarakat Indonesia menjadi sampahÂ
"Karena itu, Umsida bangkit dan lahir untuk mendedikasikan diri sebagai perguruan tinggi unggul untuk menjadi bagian dari penyelesaian masalah karena itu," tutur Prof Muttaqin.
Belajar Mensyukuri Nikmat dan Fokus Masa Depan
Ia mengajak para wisudawan untuk mensyukuri apa yang telah diperoleh.Â
Ia mengatakan, "Kita bisa hadir di wisuda ini semata-mata atas kehendak-Nya, tidak ada yang bisa menjamin hari ini, jam ini, kita sudah keluar dari ruangan ini, kita masih bisa melihat matahari,"Â
Karena itu, Prof Muttaqin mengajak para wisudawan untuk mensyukuri wujud kesyukuran yang paling baik, yaitu mendayagunakan potensi kebaikan yang dimiliki.
Lihat juga: Perdana Terima Maba dengan Status Unggul, Ini Pesan Umsida di Fortama 2024
"Masa depan itu milik anda, maka isi masa mudamu dengan aktivitas yang produktif, menguasai ilmu alat, tidak lelah mencoba, mengambil peran strategis, proaktif, sinergi, dan memulai sesuatu dari hal yang paling kecil serta konsisten dalam hal itu," Â pesannya.
Wisudawan yang sebentar lagi akan menjadi alumni Umsida, Prof Muttaqin menyampaikan pesan agar mereka selalu bersemangat, tidak mudah menyerah, dan selalu menghadirkan Tuhan di dalam seluruh aspek kehidupan.
"InsyaAllah kalau kalian selalu menghadirkan Tuhan dalam kehidupan, anda akan selalu berpositif thinking yang akan melahirkan positive action. Dari positive action, akan melulurkan positif feeling," tutupnya.
Penulis: Romadhona S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H