Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengungkap Karamah, Fenomea Luar Biasa dalam Tasawuf Muhammadiyah

29 September 2024   15:17 Diperbarui: 29 September 2024   15:20 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam aturan tasawuf Muhammadiyah, khususnya yang tercantum dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) dan keputusan-keputusan Majelis Tarjih, tidak ada pembahasan khusus dan mendetail mengenai karamah. 

Pendekatan tasawuf Muhammadiyah cenderung fokus pada prinsip-prinsip dasar Islam seperti tauhid, ibadah, amal saleh, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya pemurnian akidah dari berbagai bentuk tahayul, bid'ah, dan khurafat (TBK). 

Dalam konteks ini, pembahasan  akan dihadapkan dengan pendekatan yang lebih rasional dan berbasis pada prinsip-prinsip dasar Islam, seperti tauhid (keesaan Allah) dan pemurnian aqidah dari berbagai unsur yang tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan Sunnah.

Dalam tasawuf Muhammadiyah menghindari pengkultusan individu, termasuk terhadap para wali atau tokoh agama yang dianggap memiliki karamah. 

PWHIWM menekankan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan penuh, dan manusia, betapa pun salehnya, tetaplah makhluk yang tidak luput dari kekurangan. 

Oleh karena itu, di dalam tasawuf Muhammadiyah, tidak mendorong pemuliaan individu tertentu karena klaim karamah, melainkan mendorong penghormatan berdasarkan akhlak, ilmu, dan kontribusi sosial.

Tasawuf Muhammadiyah lebih menekankan pada pentingnya ibadah yang benar dan amal saleh yang nyata daripada mengejar fenomena supranatural seperti karamah. 

Ilmu tasawuf Muhammadiyah mengajarkan bahwa kebesaran seorang Muslim terletak pada ketaatan kepada Allah, kontribusi kepada masyarakat, dan peran aktif dalam menegakkan keadilan sosial, bukan pada kemampuan melakukan hal-hal yang supranatural yang luar biasa. Di pendekatan tasawuf Muhammadiyah mengakui karamah sebagai bagian dari sejarah Islam, tetapi tidak dijadikan fokus utama. 

Karamah tidak dianggap sebagai tujuan atau indikator utama keimanan dan keislaman seseorang dalam tasawuf Muhammadiyah. Melainkan bagaimana seorang Muslim menjalankan ajaran Islam dengan benar, beramal saleh, dan berkontribusi positif bagi masyarakat. 

Meskipun karamah diakui, penting untuk diingat bahwa dalam Islam, hal yang paling utama adalah ketakwaan dan keimanan seseorang, bukan pada tanda-tanda atau peristiwa luar biasa yang mungkin dialami.

Sehingga, dalam hal ini, karamah yang kemudian diharapkan oleh warga Muhammadiyah bukanlah peristiwa luar biasa yang bersifat fisik atau material, melainkan adalah kedekatan dan keintiman yang luar biasa dengan Allah, yang dikenal sebagai "ma'rifah" (mengenal Allah secara mendalam) dan "ridha Allah" (keridhaan Allah). Ma'rifah adalah pengenalan mendalam dan hakiki kepada Allah. Seorang hamba yang mencapai tingkat ma'rifah ini memiliki pemahaman yang sangat dalam tentang sifat-sifat Allah, dan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun