Para wali Allah yang diberikan karamah adalah orang-orang yang tawadhu dan rendah hati, tidak sombong, dan tidak merasa lebih baik dari orang lain. Mereka menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak Allah dan bukan karena kelebihan mereka sendiri.
Menjaga diri dari dosa, maksiat, dan perkara yang syubhat (meragukan) juga merupakan ciri dari mereka yang dekat dengan Allah. Orang yang berhati-hati dalam menjaga kesucian hati dan amalnya cenderung lebih dekat dengan Allah dan karenanya lebih mungkin menerima karamah.
Orang-orang yang mendapatkan karamah sering kali telah melalui berbagai ujian kehidupan dengan sabar dan tawakal kepada Allah. Kesabaran dalam menghadapi ujian, baik berupa musibah maupun tantangan hidup, menjadi salah satu kunci untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Meskipun karamah adalah hal yang luar biasa, seorang wali Allah yang sejati selalu menyadari bahwa karamah bukanlah tujuan akhir, melainkan sekadar anugerah yang tidak boleh menjadikan mereka sombong.Â
Mereka memahami bahwa sumber karamah adalah Allah, dan mereka terus menjaga kerendahan hati dan ketakwaan dalam kehidupannya.
Orang yang dekat dengan Allah, yang disebtu wali Allah, akan mendapat anugerah karamah dari Allah karena seseorang yang sangat dekat dengan Allah mengalami tajalli, yakni mengalami manifestasi sifat-sifat ilahi dalam dirinya.Â
Pada tahap ini, kesadaran seseorang menjadi begitu selaras dengan kehendak Allah sehingga semua tindakan dan persepsi mereka sepenuhnya mencerminkan kehendak dan sifat-sifat Allah.Â
Ketika seorang dikatakan "melihat dengan penglihatan Allah", itu berarti bahwa pandangan atau persepsi mereka sudah tidak lagi dipengaruhi oleh ego atau keinginan pribadi, melainkan semata-mata merupakan cerminan dari kehendak ilahi.
Para wali yang dekat dengan Allah diberi karamah berupa kemampuan seperti mengobati orang sakit, mengetahui suatu kejadian sebelum terjadi, mengubah batu menjadi emas, mengubah air khamer menjadi air saat diminum, menghentikan hujan, ucapannya menjadi kenyataan, dan lain sebagainya.Â
Terhadap karamah tersebut, sang wali akan menyembunyikannya, bahkan beristighfar saat menggunakan karamahnya, karena menghindari ketergelinciran atau menyalahgunakan karamah dari Allah tersebut sehingga takut akan menjauhkan dirinya dari Allah SWT.
Karamah dalam tasawuf Muhammadiyah
Bagaimana Muhammadiyah sebagai salah satu gerakan dakwah dan tajdid (pembaharuan) yang dipahami sebagai gerakan yang mengedepankan aspek rasionalitas dalam bermasyarakat dihadapkan pada realitas karamah?Â