Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengungkap Karamah, Fenomea Luar Biasa dalam Tasawuf Muhammadiyah

29 September 2024   15:17 Diperbarui: 29 September 2024   15:20 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti dalam Surah Al-Kahfi: 9-26, tentang Kisah Ashabul Kahfi (Penghuni Gua) yang tidur selama ratusan tahun dan tubuh mereka tetap terjaga adalah salah satu contoh yang sering dikaitkan dengan karamah. 

Dalam surat yang lain, Surah Maryam ayat 25-26, dikisahkan tentang bagaimana perempuan suci Maryam yang diperintahkan oleh Allah untuk menggoyangkan pohon kurma dan memperoleh buahnya saat ia sedang dalam kondisi lemah hamil besar dan melahirkan. Ini juga sering dianggap sebagai bentuk karamah.

Sedangkan dalam hadis, terdapat berbagai riwayat yang menunjukkan peristiwa luar biasa yang dialami oleh para sahabat dan tabi'in. 

Salah satu contohnya adalah kisah Uwais Al-Qarni, seorang tabi'in yang dikenal sebagai wali Allah. Dalam hadits riwayat Muslim dan Ahmad, Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya sebaik-baik tabi'in itu adalah orang yang bernama Uwais. Apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya."

Tentang karamah ini, Imam An-Nawawi dalam "Al-Majmu" dan Ibnu Taimiyah dalam "Al-Furqan bayna Awliya' ar-Rahman wa Awliya' asy-Syaithan" mengakui adanya karamah dan menyatakan bahwa hal ini adalah bukti dari kedekatan seseorang dengan Allah. Namun, mereka juga menekankan bahwa karamah tidak bisa menjadi dasar atau alasan bagi seseorang untuk merasa lebih tinggi atau istimewa di atas yang lain.

Hal mendasar lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana kita mempersepsi karamah. Karamah ini bisa dianalogikan dengan mainan. Ibaratnya seorang anak kecil yang sedang berjalan menuju masjid. Di tengah perjalanan ia menjumpai mainan. 

Pertanyaannya, apakah sang anak akan terus berjalan ke masjid atau akan asyik-masyuk bermain-main dengan mainan. Karamah itu adalah mainan yang menggoda, jika tidak mampu istiqomah maka ia akan melupakan hakikat perjalanannya menuju masjid.

Meraih Karamah dari Allah

Karamah dalam Islam dianggap sebagai anugerah dari Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang saleh dan bertakwa, namun bukan sesuatu yang bisa dicari atau diminta secara khusus. Karamah diberikan kepada orang-orang yang memiliki kedekatan luar biasa dengan Allah, yang dikenal sebagai wali Allah. 

Kedekatan ini didapatkan melalui ketakwaan, yaitu ketaatan yang sungguh-sungguh kepada Allah dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Orang yang bertakwa selalu berusaha menjaga hubungan yang kuat dengan Allah melalui ibadah dan amal saleh.

Orang yang mendapatkan karamah biasanya adalah mereka yang konsisten dalam ibadah, baik ibadah wajib maupun sunnah. Mereka sering berpuasa, sholat malam (qiyamullail), berzikir, membaca Al-Quran, dan melakukan berbagai amal saleh dengan ikhlas. Ibadah ini dilakukan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk mencari karamah.

Orang yang ikhlas dalam beramal, melakukan segala sesuatu hanya karena Allah tanpa mengharapkan imbalan duniawi, adalah orang yang berpotensi menerima karamah. Keikhlasan ini menjadi salah satu ciri utama dari para wali Allah yang mendapatkan karamah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun