Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sempat Terjegal 2 Hal Ini, Akhirnya Ikom Umsida Terakreditasi Unggul

21 Agustus 2024   12:28 Diperbarui: 21 Agustus 2024   12:33 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program Studi Ilmu Komunikasi baru saja menambah capaian Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) sebagai prodi yang terakreditasi unggul.

Prodi Ikom Umsida baru saja mendapat status akreditasi unggul berdasarkan keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) nomor 5482/SK/BAN-PT/Ak.KP/S/VIII/2024 pada Selasa, (19/08/2024).

Sebelumnya, Ikom Umsida telah terakreditasi A dan telah direncanakan untuk meningkatkan status menjadi unggul. 

Dengan status itu, Ikom Umsida tidak perlu melakukan reakreditasi, melainkan hanya perpanjangan akreditasi dengan syarat lulus Pemantauan dan Evaluasi Peringkat Akreditasi (PEPA).

Kendala Ikom Umsida menuju unggul

Sayangnya, prodi yang memiliki tagline "los gak rewel" itu terkendala di dua komponen sehingga proses peningkatan akreditasi sempat tertunda.

"Yang pertama terkait kualifikasi dosen. Alhamdulillah kita bisa menanganinya dengan baik berkat dukungan pimpinan mulai dari rektorat hingga jajaran dosen," ujar Nur Maghfirah Aesthetika SSos MMed Kom, kaprodi Ikom Umsida.

Kualifikasi dosen menjadi catatan pending proses akreditasi ini. Ada satu dosen (doktor) Ikom yang pensiun pada saat itu yang mengurangi jumlah dosen berkualifikasi S3 dan membuat nilai tersebut turun. Namun akhirnya, Ikom bisa menambah rasio dosen tersebut.

Yang kedua, tuturnya, yaitu terkait jumlah lulusan tepat waktu. Kala itu, prodi Ikom memiliki banyak mahasiswa yang "molor" lulusnya, yaitu mulai angkatan 2016. 

Namun, kaprodi yang akrab disapa umi Fira itu merasa bersyukur lantaran Umsida telah menerapkan berbagai alternatif kelulusan selain skripsi. Menurutnya, terobosan tersebut dinilai sangat efektif untuk mendongkrak jumlah kelulusan tepat waktu.

Dengan begitu, mahasiswa yang masih terkendala skripsi, bisa menggantinya dengan luaran lain, jurnal, karya monumental, prestasi internasional, teknologi tepat guna, dan lainnya.

"Dengan waktu sekitar 3 bulan, kita bisa mendorong mahasiswa untuk segera menyelesaikan tugas akhirnya. Para dosen pembimbing juga sangat kooperatif dalam hal ini sehingga mahasiswa bimbingannya bisa segera lulus," kata dosen yang menyelesaikan studi S2 di Unair itu.

Jumlah lulusan merupakan komponen penting dan memiliki nilai tinggi dalam proses akreditasi. Jika ada mahasiswa yang lulus lebih dari 4,5 tahun masa studi, maka nilai akreditasi bisa menurun.

Fira mengatakan, "Hal itu akan merambah ke kurikulum juga. Makanya kita membuat kurikulum yang benar-benar siap untuk meluluskan mahasiswa dengan masa studi 3,5 tahun,".

Mengajukan PEPA lagi hingga unggul

Dokpri
Dokpri

Setelah berhasil meluluskan mahasiswanya, prodi Ikom Umsida kembali mengajukan PEPA dan dinyatakan lolos. Dari situlah, Ikom melakukan konversi dari akreditasi A menjadi unggul dengan mengirimkan Instrumen Suplemen Konversi (ISK) pada Juli lalu.

Dengan disetujuinya dokumen tersebut, akhirnya Ikom Umsida kini telah menyandang status akreditasi unggul. Fira membagikan harapannya pasca status baru Ikom Umsida.

Ia berpesan, "Yang pertama pada tingkat dosen. Kami berharap dosen umsida menjadi akademisi yang menginspirasi masyarakat sekitar dan diakui keilmuannya,".

Yang kedua, ia berharap agar alumni Ikom Umsida bisa diterima di Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) dan bisa bersaing di dunia entrepreneurship. 

"Semoga lulusan Ikom tidak menjadi seorang pekerja saja, melainkan berdiri sendiri dan membuka peluang pekerjaan bagi orang lain. Dan dengan ini juga, semoga masyarakat bisa lebih percaya untuk melanjutkan pendidikan tinggi di ilmu komunikasi," ujarnya.

Intinya, ia berharap semua elemen yang ada di Ikom Umsida benar-benar menjadi generasi pencerah di mana pun ia berada, minimal di lingkungan sekitar.

Penulis: Romadhona S.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun