Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

8 Value yang Bisa Diterapkan dari Clash of Champions

16 Juli 2024   15:18 Diperbarui: 16 Juli 2024   18:14 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini dunia maya diramaikan dengan banyak konten yang berlatar belakang lagu "Genius" oleh LSD. Lagu itu terbenam di benak para netizen berkat sebuah tayangan video YouTube bernama Clash of Champions. 

Clash of Champions merupakan acara kompetisi akademik yang mempertemukan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, sebut saja Unair, UGM, ITB, UI, Unud, dan Binus. Bahkan, pembuat show turut mengundang mahasiswa Indonesia yang berkuliah di kampus luar negeri, seperti NTU, NUS, Oxford, hingga KAIST.

Lihat juga: 3 Faktor Ini Mempengaruhi Karakter Islami Anak, Menurut meringkas riset dosen Umsida

Kompetisi antar mahasiswa ini sukses memunculkan berbagai reaksi dari netizen. Bagaimana tidak, program yang dibuat oleh salah satu penyedia bimbel online ini mendatangkan banyak mahasiswa dari kampus ternama baik dalam maupun luar negeri  untuk bertanding menyelesaikan soal yang berisikan ilmu pasti, seperti matematika dan persoalan numerik lainnya.

Lalu, apa benar dengan adanya tayangan ini membuat para pelajar dan mahasiswa di Indonesia merasa minder? Atau sebaliknya? 

Mungkin saja, bagi pelajar yang sedang mendalami ilmu eksak, akan merasa bahwa tayangan ini sangat bermanfaat dan menambah referensi mereka. Namun bagi mereka yang mungkin kurang berminat dengan angka, atau pelajar di bidang ilmu sosial dan humaniora, besar kemungkinan mereka lebih merasa minder dan merasa bahwa mereka tidak ada apa-apanya dengan peserta Clash of Champions yang amat jenius.

Merasa Minder atau Termotivasi Jadi Pinter?

Di beberapa media sosial, didapatkan tak sedikit celetukan para netizen yang minder dengan adanya tayangan tersebut.

Misalnya pada akun TikTok @indysney yang menyebutkan, "Semakin kulihat episode Clash of Champions Ruangguru, semakin ku merasa diriku hanyalah butiran debu, pengisi bangku kosong di kampus, dan pelengkap ekosistem di dunia perkuliahan ini".

Dan konten tersebut pun berhasil mengundang netizen lain untuk mengutarakan hal yangs ama. Seperti pada akun @vanillalattee yang berkata "Aku abis nonton Clash of Champions langsung mikir dulu aku kuliah cuma nambah-nambahi mahasiswa di kampus aja".

Dari beberapa contoh tersebut didapatkan bahwa konten ini mampu memunculkan reaksi netizen yang seakan-akan mereka hanyalah part kecil dalam dunia pendidikan saat ini. tapi di sisi lain, ada pula netizen yang semakin termotivasi dari konten Clash of Champions. Tak hanya mahasiswa, tapi juga pada orang tua. Misalnya pada akun Instagram @hanifanrsa, ia langsung mengambil HP yang tengah dimainkan anaknya dan segera mengganti dengan permainan edukatif setelah ia melihat Clash of Champions. Ada lagi di akun @workingmom_id yang membuat konten tentang hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk memiliki anak yang jenius layaknya pemain CoC.

Dari dua contoh tersebut bisa disimpulkan bahwa tayangan tersebut memberikan dampak kepada orang tua agar lebih aware tentang pendidikan sang anak. Ada juga beberapa netizen yang menilai bahwa orang yang memiliki pengetahuan yang luas terlebih di bidang akademik, mereka memiliki value lebih dari yang lainnya.

Pesan yang bisa dipetik dari Clash of Champions

Dok Istimewa
Dok Istimewa
  • Meningkatkan motivasi belajar

Banyak ditemui konten-konten netizen atau komentar mereka yang menjadikan konten tersebut sebagai acuan agar mereka lebih giat belajar. Apalagi peserta CoC yang memang memiliki background pendidikan yang tidak main-main.

  • Membentuk karakter seseorang

Cara para peserta CoC yang mampu menyelesaikan soal yang rumit dalam durasi singkat, membuat para pelajar atau mahasiswa bisa memetik pesan bahwa cara seseorang menyelesaikan dengan cara yang berbeda-beda, tak harus dengan terburu-buru dan tanpa strategi.

Mereka yang bermain di game ini memiliki strategi tersendiri untuk memecahkan soal. Mereka juga lebih menekankan cara berpikir kritis dibanding harus panik (yang diperlihatkan). Tentu karakter itu bisa muncul karena mereka yangs udah terbiasa dengan kondisi tersebut. Misalnya, mereka sudah dilatih untuk disiplin, kerja keras, dan manajemen waktu bahkan sejak SD.

  • Makin percaya diri

Memiliki lawan yang mungkin lebih kompetitif dari mereka, tak menyurutkan para peserta CoC untuk menyerah dengan keadaan. Mereka tetap fokus mengerjakan soal-soal yang tak jarang membingungkan walau sebenarnya mereka sama-sama berasal dari anak olimpiade.

Mereka yakin perbedaan tersebut bukan halangan untuk memenangkan permainan. Hal tersebut bisa dicontoh oleh para mahasiswa lain yang menonton tayangan CoC agar lebih percaya diri dalam menyelesaikan studi mereka.

  • Kritik yang membangun

Seperti yang diketahui bahwa Clash of Champions adalah kompetisi di bidang eksak. Hal tersebut menuai pro-kontra dari publik karena mereka menganggap bahwa seseorang yang menguasai ilmu eksak, merekalah yang hebat. Mengapa hanya ilmu itu saja yang dilombakan? Mungkin saja ilmu eksak dipilih karena "dianggap" lebih sulit sehingga hanya orang-orang "pilihan" saja yang bisa. 

Atau mungkin saja karena banyak orang yang kurang menyukai bidang ini sehingga Clash of Champions hadir untuk memperkenalkan keseruan belajar ilmu eksakta.

  • Spread positive vibes

Saat ini, salah satu standar yang ditanamkan orang untuk menilai orang lain adalah penampilan. Namun tampaknya hal tersebut mulai berubah dengan adanya tayangan ini. Mereka menganggap bahwa fisik saja belum tentu membangun value seseorang, tapi diperlukan kemampuan otak yang mumpuni. 

Dengan CoC, orang bisa merubah cara pandang seseorang kepada orang lain dan menyadarkan mereka bahwa pendidikan tak kalah penting dengan penampilan.

  • Hiburan yang edukatif

Berbagai tayangan yang ada di media Indonesia nampaknya semakin ke sini semakin susah untuk dibatasi. Program Clash of Champions menjadi salah satu tayangan menarik serta edukatif yang bisa berdampak positif kepada masyarakat. Program ini tidak hanya menyajikan tontonan yang seru, tetapi juga memberikan pelajaran penting bagi penonton. 

  • Orang tua lebih aware tentang pola asuh anak

Dari tayangan ini juga bisa disimpulkan bahwa pola asuh anak sangat berpengaruh dalam perkembangan akademisnya. Dilansir dari akun YouTube Denny Sumargo yang mengundang beberapa peserta CoC, mereka mengatakan bahwa orang tua sangat berperan dalam kecerdasan anak.

"Orang tua tidak bisa mewariskan harta, tapi mereka bisa mewariskan pendidikan" ujar Xaviera Puti Adianingsih, salah satu peserta Clash of Champions dari KAIST.

"Orang tuaku mengajari untuk selalu mengucapkan afirmasi positif kepada diri sendiri, seperti aku cantik, aku sempurna, aku sehat, dan lainnya. Lalu orang tua aku juga selalu dukung anaknya terlepas dari apapun hasilnya nanti. Karena di mata mereka aku sudah mengusahakan yang terbaik, sisanya itu sudah kendali Tuhan", ucap Shakila, mahasiswa kedokteran UI.

  • Menginspirasi kampus 

Tak bisa dipungkiri bahwa peserta game ini berasal dari background pendidikan yang bagus. Hal tersebut bisa dijadikan motivasi kampus lain, kampus-kampus tersebut bisa menggali potensi mahasiswanya untuk berprestasi. Layaknya Umsida yang terus memfasilitasi mahasiswanya untuk meraih prestasi di berbagai kancah, baik itu bidang akademik maupun non akademik.

Lihat juga: Penggunaan New Media di Kalangan Orang Tua Milenial dalam Mengasuh Anak

Dari fenomena ini, penulis juga berharap, semoga generasi muda dapat termotivasi untuk lebih aware terhadap pendidikan. Karena pendidikan lah yang dapat menyelamatkan masa depan. Begitupun dengan cara Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) yang selalu berkomitmen untuk mencerahkan generasi bangsa.

Jadi, untuk kamu yang ingin menggapai impianmu dan mengukir prestasi lebih banyak, segera daftarkan diri dan bergabung menjadi keluarga besar Umsida. Untuk informasi lebih lengkapnya, kamu bisa kunjungi admisi.umsida.ac.id atau Instagram di @umsida1912.

Penulis: Romadhona S. dan Alfaro Rico

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun