Namun memang media sosial merupakan blessing in disguise alias berkah yang tak diduga. Media sosial telah banyak membuka fakta apa yang kini tengah terjadi di Palestina kepada jutaan netizen dunia. Banyak posting tentang sejarah Israel, hoax yang dibuat oleh media Israel, dan perjuangan warga Palestina yang tanahnya diduduki Israel. Banyak usaha untuk melakukan take down posting yang merugikan Israel pun dilakukan oleh Facebook, X (Twitter), dan platform medsos lainnya, namun ini tidak menciutkan perlawanan dan perjuangan melawan kezaliman Israel. Usaha untuk melawan Israel di media sosial ini digagas dengan nama Julid Anti-Israel atau Julid fisabilillah oleh netizen Indonesia, Malaysia, dan Turki.
Selain itu, banyak kampus-kampus di seluruh dunia, bahkan di Amerika Serikat sendiri yang menyuarakan pembebasan Palestina, meski berseberangan dengan kebijakan pemerintahannya. Dukungan bagi warga Palestina, dan tuntutan penghentian agresi militer Israel merebak di banyak kampus di AS. Ribuan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi menggelar demonstrasi dan mendirikan perkemahan khusus bertajuk solidaritas bagi warga Gaza.
Kini lebih banyak warga negara di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat mulai menentang kebijakan pemerintahannya sendiri.
Kampus-kampus di AS telah menjadi pusat perdebatan yang intens sejak serangan Hamas pada 7 Oktober dan respons militer Israel yang luar biasa, ketika krisis kemanusiaan melanda wilayah Palestina.
Aksi tersebut dimulai pekan lalu di Universitas Kolombia, New York, kemudian meluas ke kampus lain, termasuk Yale di Connecticut dan Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Boston. Namun aksi tersebut mendapat penentangan dari para pimpinan kampus yang kemudian membungkam aksi mahasiwa untuk Palestina.Â
Dari fakta tersebut dapat dilihat bahwa antara kehendak rakyat dengan kehendak pemerintah bisa jadi berseberangan. Hal ini bisa kita lihat di berbagai penjuru dunia, lebih khusus pada persoalan Palestina-Israel. Kini lebih banyak warga negara di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat mulai menentang kebijakan pemerintahannya sendiri. Namun apa daya, karena pemerintah adalah pemilik perangkat kekuasaan yang dilengkapi dengan kekuatan militer.Â
Perjuangan akan terus berlanjut. Dan, ya... secara umum, ini adalah bisa jadi babak baru perang Israel-Palestina yang gambaran lebih besarnya adalah perang pemerintah Amerika Serikat dengan warga dunia. Kesadaran baru mulai terbentuk dari warga dunia untuk pembebasan Palestina.
Perang ini telah berjalan lebih dari enam bulan. Dan akan terus berjalan, dan entah berapa banyak kematian yang diinginkan oleh Israel. Israel memang ingin melenyapkan Palestina dari peta Dunia, yang diridhoi oleh negara adikuasa.
Meski demikian, kemanusiaan masih harus terus optimistis berjuang, dan bahwa Palestina akan merdeka. Wallahu a'lam. (*)
Sumber: pwmu.co
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H