Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Dr Hidayatullah MSi mengajak kita semua untuk selalu jujur agar tidak masuk dalam golongan orang-orang Munafik.
Ungkapan tersebut ditekankan pada peserta Tabligh Akbar yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Masangan Wetan, Ahad (04/02/2024).
Kenali Orang-Orang yang Munafik
Bertempat di Balai Desa Masangan Wetan, Sukodono, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur (Jatim) itu menyebutkan ciri-ciri orang yang masuk dalam kategori munafik.
"Bapak-ibu di sini kan sudah pada hafal hadits, ciri-ciri orang munafik itu jika berbicara dia bohong, jika berjanji dia ingkar, jika diberi kepercayaan dia berkhianat, dan tidak menjalankan sebagaimana mestinya," tuturnya.
"Dalam hadits yang lain disebutkan jika dia berdebat dia curang. Itu termasuk munafik, kata nabi," lanjutnya.
"Kalau sering eyel-eyelan itu, kita kadang tidak tahu lawan bicara kita itu jujur atau tidak, bicaranya berdasarkan fakta atau tidak. Jika itu tidak berbasis fakta atau data, tidak berupa sesuatu yang sebenarnya, maka yang seperti itu adalah ciri orang munafik," tegasnya.
Baca juga:Â Korupsi di Indonesia dan Pesan KH Ahmad Dahlan Tentang Harta
Hidayatulloh lantas menyebutkan karakteristik orang-orang munafik dengan merujuk pada Surat At Taubah ayat 67-68, yang artinya:
"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang makruf, dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal."
Â
Hidayatulloh menambahkan, "Termasuk jika ada orang di sekitar kita yang tidak bisa makan, kita juga akan termasuk orang munafik kalau kita punya kemampuan, tapi tidak bisa memberi makan tetangga kita yang tidak bisa makan," terangnya.
"Kita juga menjadi orang munafik jika ada anak tetangga atau sekitar kita tidak bisa sekolah," tegasnya.
Bapak tiga anak itu menegaskan bahwa orang munafik seperti yang digambarkan tadi itu mencirikan sikap yang suka mengajak kemungkaran, mencegah dirinya dan orang lain berbuat yang baik.
Selain itu, menurut Hidayatulloh, orang munafik itu pelit, lupa kepada Allah. "Kata Allah, mereka ini nanti di akhirat akan bersama-sama dengan orang-orang kafir masuk ke neraka jahanam. Mereka di dalam neraka jahanam itu selama-lamanya," tuturnya.
"Alasan yang seperti itu cukup bagi mereka. Mereka selalu dilaknat oleh Allah dan mereka di dalam neraka jahanam itu diazab dengan azab yang sangat berat," sambungnya.
Beliau lantas membandingkannya dengan orang-orang mukmin dengan merujuk pada surat Al Hujurat ayat 10 yang mengatakan bahwa sesungguhnya orang mukmin satu dan orang mukmin lainnya itu bersaudara.
Baca juga:Â 3 Ayat Al-Qur'an tentang Harta dari KH Ahmad Dahlan
"Maka kalau ada perbedaan di antara sesama mukmin itu damaikan, ojok dikompori," katanya.
"Onok koncone sing bedo kok dikompori, yo panas, tapi Al quran bilangnya: damaikan diantara saudara-saudara sesama muslim itu," imbuhnya.
Dia lantas menekankan bahwa orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, satu sama lain itu saling menguatkan, tolong menolong. Merujuk pada surat At Taubah ayat 71 dan 72 yang merupakan lawan dari orang-orang munafik.
Pada dua ayat tersebut, Hidayatulloh menekankan bahwa Orang mukmin laki-laki dan perempuan saling tolong-menolong dalam empat hal.
"Pertama, tolong menolong dalam hal berbuat kebaikan ajak-ajak untuk berbuat kebaikan. Kedua, mencegah dalam segala hal berbentuk kemungkaran. Ketiga, menegakkan sholat dan keempat membayar zakat," ujarnya.
"Kalau orang munafik tadi tangannya mengepal, tapi kalau orang mukmin tangannya membuka," tukasnya.
Orang mukmin itu, kata Hidayatulloh, senantiasa menjaga ketaatan kepada Allah dan rasulnya sedangkan orang munafik lupa kepada Allah.
"Orang mukmin beda, selalu dijaga ketaatannya kepada Allah dan rasulnya, yang diperintah dijalankan, dan yang dilarang, ditinggalkan," ujarnya.
Rektor Umsida itu menambahkan bahwa tugas manusia ada dua. Pertama Abdullah, yaitu mengabdi kepada Allah, yang kedua adalah khalifatullah, yaitu sebagai pemimpin di muka bumi.
"Tugas pemimpin itu adalah untuk mewujudkan kondisi kehidupan yang lebih baik intinya itu. Karena itu kita harus mempunyai semangat untuk memastikan diri kita keluarga kita masyarakat kita itu harus mengalami sebuah perubahan," terangnya.
"Perubahan yang diinginkan tapi perubahan yang lebih baik terjadi peningkatan dan pengembangan. Di kampus, saya sering menyebut dengan change to progress, berubah ke depan, bukan change to regress atau balik mundur," pungkasnya.
Ditulis oleh: Dian Rahma Santoso
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H