Mendengarkan Cerita dan Glur, Cara Ngabuburit Tempo Dulu
Bulan puasa sudah tiba. Saatnya kaum muslimin menjalankan puasa Ramadhan sebagai kewajiban rukun islam yang ke 3. Bulan puasa selalu disambut antusias oleh kaum muslimin di berbagai usia. Anak-anak, remaja maupun orang tua.
Beragam cara mereka dalam meramaikan dan mengisi bulan suci Ramadhan. Dengan berpuasa, melakukan ibadah sunah baik sholat tarawih maupun qiyamul lail, bersedekah takjil, tadarus Alqur'an dal lain sebagainya.
Anak-anak meramaikannya dengan petasan. Mereka sudah mulai membuat petasan diawal puasa. . Bunyi petasan merupakan penanda atau pembuat semarak bulan Ramadhan. Apalagi didesa saya, setiap malam sehabis sholat tarawih, anak-anak berkumpul lalu suara bunyi petasan ada dimana-mana.
Ngabuburit juga merupakan hal yang ada dibulan suci yang penuh berkah ini. Istilah ngabuburit berasal dari Bahasa Sunda, namun juga sudah masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Ngabubutir berarti santai menunggu berbuka puasa.
Saat ini ngabuburit bisa dilakukan dengan beragam cara. Santai santai dirumah sambil menunggu azan magrib, pergi ke suatu tempat keramaian lalu berbuka puasa disana, medengarkan kajian melalui sosial media atau televisi dan masih banyak lagi cara ngabuburit.
Mengenang ngabuburit  tempo dulu khususnya di Madiun, sangat unik dan berkesan bagi saya sampai sekarang. Puluhan tahun yang lalu ketika belum ada HP, sosial media dan bahkan televisi masih jarang yang punya. Kami menunggu buka puasa dengan mendengarkan glur. Sebelum glur dibunyikan, ada siaran radio yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat khususnya anak-anak. Apa itu? Cerita, hal yang sekarang sangat jarang ditemukan.
Kami mendengarkan cerita yang disampaikan oleh seorang ulama yang bernama Pak Har. Cerita Pak Har diradio sangat ditunggu oleh masyarakat, tidak hanya anak-anak namun juga orang tua. Nama lengkap Pak Har saya tidak tahu, namun beliau sangat populer ketika saya masih kecil.
Menjelang sore hari kami berkumpul bersama teman-teman atau keluarga mendengarkan siaran Pak Har di Radio Republik Indonesia (RRI). Â Cerita yang disampaikan Pak Har sangat beragam namun mengandung hikmah dibaik cerita tersebut. Cerita tentang kisah nabi, tentang fabel ( cerita tentang hewan ), dongeng dan lain sebagainya. Setelah bercerita Pak Har menyampaikan koda dari cerita itu sambil menyampaikan nasehat kepada anak-anak. Koda adalah pesan moral yang bisa diambil sebagai pelajaran dari cerita yang disampaikan. Â
Ngabuburit dengan mendengarkan cerita dari Pak selalu menjadi kegiatan kami setiap sore. Kadang kami kecewa saat Pak Har berhalangan hadir di radio.
Biasanya setelah siaran dari Pak Har, penyiar radio menyampaikan bahwa azan magrib segera tiba. Â Saat itu terdengar bunyi glur. Glur adalah sebutan bunyi semacam petasan yang sangat besar yang dibunyikan di masjid dekat alun-alaum Madiun.
Suara itu begitu keras sehingga terdengar dalam jangkauan jarak jauh. Rumah saya yang berjarak sekitar 7 kilometer dari kota Madiun. Namun kami bisa mendengar glur tersebut. Inilah penanda berbuka puasa ketia pada jaman dahulu. Kadang Ayah saya pergi ke sawah untuk bisa mendengarkan glur tersebut. Kami mendengarkan glur tersebut dengan suka cita karena kami bisa segera berbuka puasa. Semoga Almarhum Pak Har diterima Allah SWT dan mendapat balasan setimpal atas amal ibadah beliau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H