Anak saya sejak tamat sekolah dasar di sebuah madrasah saya kirim ke pondok pesantren. Saya ingin anak saya mondok, mengaji dan sekolah di sana.Â
Alhamdulillah anak pertama mau mondok, mengingat tidak ada teman dari sekolahnya yang mondok bersamanya. Aku beri gambaran padanya untuk tidak takut dengan lingkungan baru.Â
Guru baru dan teman-teman baru. Bukan hanya kamu, anakku, yang merasakan hal-hal baru. Semua teman-temanmu usianya sama denganmu.Â
Mereka juga sendiri. Tidak ditemani ayah bundanya atau keluarganya. Mereka bahkan berasal dari daerah yang jauh. Banyak yang lebih jauh dari kita. Dari luar propinsi dan luar pulau.
Sebelumnya saya ajak anak saya ke beberapa pondok di kota santri Jombang Jawa Timur. Saya tunjukkan padanya bahwa ada ribuan anak seusianya yang juga mondok. Bahkan banyak yang lebih kecil darinya. Tetapi mereka berani.
Ketika saya ajak berkunjung ke salah satu asrama putri pesantren, saya biarkan ia melihat-lihat.Â
Kebetulan ada anak lain dari Bojonegoro yang juga melihat keadaan pesantren karena juga akan mondok. Anak tersebut diantar ibunya.Â
Kami berkenalan dengan mereka. Lalu anak saya merasa menpuyai teman. Teman barunya yang akan mondok. Alhamdulillah, dia merasa senang.
Banyak rekan-rekan yang meremehkan bila anak melanjutkan di pondok. Menurut pemahaman mereka, pondok itu sekolah yang kumuh.Â
Satu kamar diisi banyak santri, sampai puluhan. Makannya antri, kasihan. Tidak ada kasur. Fasilitas kurang, tidak seperti di rumah.