Selain faktor genetik, faktor biokimia juga terlibat dalam penyebab adanya bipolar. Dua neurotransmiter yang sering terlibat dalam patofisiologi gangguan mood adalah norepinefrin dan serotonin (Kaplan & Sadock's, 2015). Serotonin sering dikaitkan dengan depresi, indentifikasi beberapa subtipe serotonin dapat meningkatkan mood (Kaplan & Sadock's, 2015). Hasil studi sebelumnya menunjukkan bahwa gejala depresi pada riwayat keluarga yang memiliki depresi disebabkan karena pengurangan triptofan, dimana triptofan merukapan prekursor utama seretonin. Kelaianan bipolar sering dikaitkan dengan berkurangnya sensitivitas reseptor serentonin (Kring & Johnson, 2018). Otak menggunakan tiga katekolamin berbeda yaitu dopamin, norepinefrin, dan epinefrine. Setiap sistem memiliki peran fungsional yang berbeda dalam bidang persarafan (Nestler et al., 2009). Derajat CSF dari metabolit amina menunjukkan penururnan norepinefrin atau fungsi 5-HT dalam depresi (Ahuja, 2011). Dalam beberapa kasus kesehatan, orang yang depresi terjadi pengurangan jumlah neurotransmiter tertentu (misal norepinefrin) (Kate, 2017).
Faktor psikososial juga merupakan salah satu faktor terjadinya bipolar. Adanya faktor stres lingkungan, adanya stres yang menyertai episode pertama menghasilkan perubahan jangka panjang pada otak. Perubahan yang berlangsung relatif lama dapat mengubah keadaan fungsional neurotransmiter dan sistem persinyalan intraneuronal, perubahan yang mungkin termasuk kehilangan neuron dan pengurangan berebhan dalam portal sinaptik. Akibatnya, seseorang akan memiliki risiko tinggi mengalami episode gangguan mood berikutnya (Kaplan & Sadock's, 2015)
Banyak orang beranggapan bahwa orang yang megalami naik turun suasana perasaan, ia disebut bipolar. Jawaban dari suatu pernyataan tersebut adalah 'tidak'. Munculnya mood swings pada individu bukan berarti mereka mengalami gangguan bipolar. Mood swings sering disalah artikan, mood swings terkadang kita merasakan senang di pagi hari dan sedih di malam hari, sedangkan kalau bipolar mereka mempunyai episode mania dan depresi yang berjarak, terkadang beberapa orang yang belum memahami bagaimana bipolar terjadi mereka self diagnose tentang ciri – ciri mood swing ke ciri – ciri bipolar (Institute, 2012)
Mood swing pada setiap individu umumnya cukup unik, ada yang sekali dan ada yang setiap hari. Hal ini juga memicu anggapan orang – orang bahwa mereka mengalami bipolar.
Studi lebih baru menunjukkan tingkat gangguan mood yang sangat tinggi. 80% dari Fakultas Andreasen dari Lokakarya Penulis Lowa yang terkenal memiliki gangguan mood, lebih dari setengah dengan gangguan bipolar. Tingginya angka pada gangguan bipolar dipengaruhi oleh self diagnose (Richards & Kinney, 1990).
Ada banyak yang memicu terjadinya mood swing yang sampai akhirnya seseorang tersebut menjadi aware dan dapat menangani mood swings tanpa perlu panik dan cemas, serta tanpa perlu merasa bahwa diri kita tidak normal yang akhirnya menjadi labeling. Menurut Ifandi, seorang psikolog yang memiliki channel "Satu Persen", "Saya memiliki pasien, mereka sering bercerita bahwa mereka memiliki mood swing yang tidak normal, ada yang cerita kalau ia bipolar. Padahal kalau di dengar dari ceritanya, sebenarnya normal – normal, aja". Maka dari itu, self awareness penting untuk dilatih supaya dapat menanggapi mood swing tanpa panik dan cemas. Apabila kita panik dan cemas, itu adalah salah satu tanda kita kurang perhatian terhdap diri kita sendiri. Atau bisa juga kita tidak bisa menerima perasaan yang kita rasakan, padahal akan membuat emosi semakin parah karena dilawan. Lalu apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah mood swing:
1. Â Â Â Â Track hal apa saja yang akan dilakukan hari ini
Menentukan suatu kegiatan yang akan dilakukan di suatu hari sehingga terjadinya mood swing akan dapat disadari. Misalnya, saat perempuan sedang PMS ia akan lebih sensitif dan pemarah, maka tracking yang dilakukan adalah memberi informasi bahwa hari ini adalah tanggal PMS ditakutkan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan maka pasangan harus paham bahwa dalam keadaan PMS perempuan lebih sensitif dari sebelumnya.
2. Â Â Â Â Membuat Habit terkait Tracking
Membuat habit bisa dilakukan dengan menulis diary, catatan tentang kondisi yang terjadi di hari tersebut. Hal ini dapat membuat tracking tentang hal – hal yang membuat diri seseorang tersebut mengalami mood swings. Kebiasaan ini juga bisa membuat seseorang untuk mengevaluasi diri, tentang bagaimana keadaan hari ini, siapa saja yang terkena marah hari ini, apa reaksi ketika menghadapi tantangan hari ini, apa yang sudah disyukuri hari ini. Menurut Irfandi, "semua pasien yang saya kasih tugas membuat habit ini, mereka lakukan di malam hari, dan kata mereka habit ini berhasil dan mereka merasa habit ini berguna banget bahkan dapat mengurangi kecemasan".
3. Â Â Â Â Ingat bahwa adanya faktor penting yang mempengaruhi emosi