Tak lama kemudian nasi mie setax, nasi goreng, es Teler gen Z dan dalgona  terhidang di meja makan mereka.
Adil dan Hiyhana menyantap makanan mereka masing-masing. Hiyhana makan dengan lahapnya. Bahkan Hiyhana makan hingga tandas. Tak tersisa  sedikit pun. Setelah  itu Hiyhana menyedot es telernya sambil menatap layar ponselnya menonton film tentang  jin di YouTube. Ini sudah ke sekian kalinya Hiyhana menonton film jin.  Sedangkan Adil masih menunggu isi  perutnya melorot sambil membaca buku yang berjudul "Menggapai Manisnya Iman" karya Ibnul Qayyim Al Jauziyah.
Adil menarik nafas dalam-dalam. Lalu menghembuskannya pelan-pelan.
"Dik, sudah dua tahun lebih perhatian kita tercurah pada makanan yang membuat tubuh kita sehat agar  terhindar dari  virus Corona. Sementara perhatian kita terhadap makanan yang membuat  hati kita sehat sangat kurang.  Padahal di akhirat kelak,  hati yang sehatlah  yang akan  mencegah kita dari siksa neraka dan mengantarkan kita ke surga. Insya Allah," kata Adil memulai percakapan.
 "Maksudnya?" tanya Hiyhana.
"Kita harus  berupaya membuat hati kita sehat," jawab Adil.
Â
"Hati yang sehat. Apa itu?"
"Hati yang sehat itu identik dengan hati yang selamat," jawab Adil.
"Hati yang selamat? Aku tambah tak paham, Kak."
"Hati yang selamat menurut Imam Ibnul Qayyim rahimahullah adalah hati yang bersih dari segala bentuk kesyirikan. Hati yang meyakini bahwa tiada sesembahan yang hak selain Allah. Ibadahnya, salatnya, rasa cintanya hanya ia tujukan kepada Allah semata. Artinya ketika seorang isteri mencintai suaminya maka cintanya  karena Allah. Sehingga ketika suaminya berlaku buruk terhadapnya maka ia bersabar. Karena, Allah  memerintahkan  untuk bersabar, " jelas Adil.
Hiyhana mengangguk-angguk.
"Hati yang selamat adalah hati seseorang yang tunduk pada aturan-Nya dan berusaha mengikuti sunah  rasul-Nya semampunya. Contohnya adalah istiqamah salat lima waktu dengan gerakan-gerakan yang benar," lanjut Adil.