Semua orang sedang antri menunggu giliran tanpa mengambil nomor antrian. Namun, tidak semua orang menyadari hal itu. Â Apakah itu? Tulisan berikut ini adalah penjelasannya.
"Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Â kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh." (QS an-Nisa':78)
"Dan setiap yang; bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia niscaya Kami berikan pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan pula kepadanya  pahala akhirat itu, dan kami memberi balasan kepada  orang-orang yang bersyukur" (QS Ali Imran:145)
Mati atau al-maut adalah terpisahnya roh seseorang dari jazadnya. Dan semua orang sedang antri menunggu malaikat maut.
Tak seorang pun tahu kapan, di mana dan dalam kondisi apa ia meninggal dunia.Â
Tak peduli apakah ia  sudah lanjut usia atau masih bayi mungil.  Tak peduli apakah ia sudah punya anak atau belum. Tak peduli apakah ia orang shaleh atau orang jahat. Tak peduli apakah ia terpapar  Covid-19 atau sedang asyik menonton bola. Tak peduli apakah ia siap menerima kedatangan malaikat maut atau tidak. Kalau memang sudah gilirannya  maka malaikat maut pasti menjemputnya tepat waktu. Karena, tak ada istilah jam karet dalam kamus malaikat maut.
Tak ada hari libur  bagi malaikat maut untuk mencabut nyawa. Setiap hari. Setiap jam.  Setiap menit. Setiap saat malaikat maut selalu siap mencabut nyawa manusia.
Dalam menjalankan tugasnya mencabut nyawa, malaikat maut bekerja nonstop. Ya, malaikat maut memang makhluk yang  selalu tunduk dan patuh kepada-Nya tanpa "reserve." Dan jadwal kematian setiap orang hanya Allah azza wa jalla yang mengetahuinya.
Meskipun kasus kematian akibat Covid-19 Â di Indonesia sudah menurun, tetapi semangat kita untuk mempersiapkan bekal ke kampung abadi jangan sampai menurun.
Kita memang tidak pernah lepas dari kekhilafan. Â Tetapi, ketahuilah, rahmat-Nya mendahului murka-Nya. Sehingga sebelum malaikat maut menjemput kita, Â kesempatan untuk memperbaiki diri masih terbuka lebar. Â Oleh karena itu mulai saat ini marilah kita menyibukkan diri untuk memantaskan diri menjadi hamba yang dicintai-Nya dan sekaligus mempersiapkan bekal ke kampung abadi.