Mohon tunggu...
Abdisita Sandhyasosi
Abdisita Sandhyasosi Mohon Tunggu... Psikolog - Penulis buku solo "5 Kunci Sukses Hidup" dan sekitar 25 buku antologi

Alumni psikologi Unair Surabaya. Ibu lima anak. Tinggal di Bondowoso. Pernah menjadi guru di Pesantren Al Ishlah, konsultan psikologi dan terapis bekam di Bondowoso. Hobi membaca dan menulis dengan konten motivasi Islam, kesehatan dan tanaman serta psikologi terutama psikologi pendidikan dan perkembangan. Juga hobi berkebun seperti alpukat, pisang, jambu kristal, kacang tanah, jagung manis dan aneka jenis buah dan sayur yang lain. Motto: Rumahku Mihrabku Kantorku. Quote: "Sesungguhnya hidup di dunia ini adalah kesibukan untuk memantaskan diri menjadi hamba yang dicintai-Nya".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Indonesia Berpotensi Mengalami Resesi Seks?

21 Desember 2022   09:25 Diperbarui: 21 Desember 2022   11:19 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebun Keluarga Hamdan. Dokpri.

Tidak bisa dipungkiri bahwa menikah itu membutuhkan biaya yang boleh jadi tidak sedikit. Tetapi, sekarang orang bisa melangsungkan pernikahannya di Kantor Urusan Agama (KUA) dengan biaya gratis atau melangsungkan akad nikah di rumah dengan biaya relatif murah yaitu sekitar 600.000,-  di daerah penulis.

Biaya hidup sehari-hari yang otomatis bertambah setelah berkeluarga hendaknya menjadi pemantik suami untuk berikhtiar mencari nafkah secara optimal seraya tak kenal lelah berdoa memohon pertolongan  dan bertawakal (berserah diri) kepada-Nya saja. Dia Yang Maha Kaya berjanji akan mencukupi  kebutuhan hidup orang  yang bertawakal kepada-Nya sebagaimana firman-Nya berikut ini,
"Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.  Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu. (QS ath-Thalaq:3)

Setelah anak-anak tumbuh  besar dan sekolah, tuntutan ekonomi pun meningkat. Sehingga selain tawakal,  istri sebagai pengelola rumah tangga suami juga harus istiqamah menjalankan amalan sunnah seperti berpuasa sunnah demi meraih ridho-Nya semata dan  pandai-pandai mengelola uang belanjanya. Kalau diizinkan suami  maka bisa berbisnis rumahan seperti menerima pesanan kuliner ladrang.

Banyak tinggal di rumah menyelesaikan rutinitas sehari-hari-hari adalah hal yang membosankan bagi sebagian besar perempuan. Tetapi, jika perempuan mau meluangkan waktunya sedikit saja untuk menanam tanaman sayuran seperti cabe, tomat dan kangkung dan kemudian menulis perkembangannya di buku 'diary'-nya maka dengan izin-Nya  hal yang membosankan itu otomatis akan sirna. Apalagi setelah  panen dan hasilnya bisa dijadikan cuan  selain untuk konsumsi sendiri. Tidak percaya? Silakan buktikan sendiri.

Akhirnya, pesan penulis kepada pemerintah, agar pemerintah menyediakan wadah untuk mengembangkan usaha produktif  warga seperti usaha tani hortikultura di 'greenhouse' sederhana untuk kaum laki-laki (mengingat Indonesia masih harus impor untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan pangannya) dan memberdayakan kaum perempuan lewat bisnis rumahan seperti  usaha  kuliner dan kebutuhan sehari-hari dengan memberikan modal bahan atau barang.

Kebun Keluarga Hamdan. Dokpri.
Kebun Keluarga Hamdan. Dokpri.

 --26--

Bondowoso, 20/12/2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun