Mohon tunggu...
Abdisita Sandhyasosi
Abdisita Sandhyasosi Mohon Tunggu... Psikolog - Penulis buku solo "5 Kunci Sukses Hidup" dan sekitar 25 buku antologi

Alumni psikologi Unair Surabaya. Ibu lima anak. Tinggal di Bondowoso. Pernah menjadi guru di Pesantren Al Ishlah, konsultan psikologi dan terapis bekam di Bondowoso. Hobi membaca dan menulis dengan konten motivasi Islam, kesehatan dan tanaman serta psikologi terutama psikologi pendidikan dan perkembangan. Juga hobi berkebun seperti alpukat, pisang, jambu kristal, kacang tanah, jagung manis dan aneka jenis buah dan sayur yang lain. Motto: Rumahku Mihrabku Kantorku. Quote: "Sesungguhnya hidup di dunia ini adalah kesibukan untuk memantaskan diri menjadi hamba yang dicintai-Nya".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Depresi Melanda

3 Desember 2022   08:39 Diperbarui: 3 Desember 2022   08:40 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Usai salat Dhuha Ma'e pergi ke halaman samping rumah, menengok kebun imutnya.

Ma'e mengambil gembor. Lalu  Ma'e menyiram tanaman dengan air cucian beras kemarin. Tanaman yang mendapatkan prioritas siraman air cucian beras adalah  alokasia, monstera dan aglonema.   Sisa air cucian beras Ma'e siramkan ke tanaman berbunga seperti  melati, mawar, gardenia, kemuning, aster, dahlia dan anggrek.  Sedangkan  "mont rose", lavender, telang, vinca dan beberapa tanaman berbunga lainnya cukup Ma'e siram dengan air biasa. Karena dengan izin-Nya mereka sudah bisa berbunga selama mendapatkan sinar matahari langsung.

Ketika Ma'e tengah asyik menyiram bunga, pedagang tempe mendatangi  rumahnya.  Lalu ia menyerahkan tas kresek kecil berisi tempe kepada Ma'e. "Ini tempenya, Bu!" Kata Pedagang Tempe.

 "Dari siapa pak?" Tanya Ma'e sambil menerima tas kresek yang berisi tempe mentah.

"Maaf Bu. Orangnya tidak mau diketahui namanya," jawab pedagang tempe.

"Baiklah. Terima kasih. Semoga Allah ta'ala memberinya balasan!" Ucap Ma'e.

Pedagang tempe itu pergi setelah mengucapkan salam. Ma'e menaruh tempe di atas meja di dekat situ. Lalu Ma'e melanjutkan pekerjaannya.

Ma'e merunduk-runduk  di bawah pohon murbei. Mengintai burung kecil yang sedang berkicau sambil terbang dari satu dahan ke dahan lainnya. "Qodarullah" induknya membuatkan sarang di atas pohon murbei.

Tiba-tiba mata Ma'e tertumbuk pada sebuah benda hijau berbentuk oval yang menggelantung di antara  dedaunan labu Siam. Beberapa waktu sebelumnya memang  Ma'e mengalungkan batang tanaman labu Siam ke cabang  pohon kersen--pohon  yang tumbuh di dekat pohon murbei. Melihat  labu Siam sudah berbuah  cukup besar, hati Ma'e langsung melonjak kegirangan. "Akhirnya kau berbuah juga labu Siam. " Ucap batin Ma'e

"Alhamdulillah. Setelah setahun lebih Ma'e merawatku... akhirnya aku berbuah, "  sahut Labu Siam kalem.

Tak lama kemudian Ma'e  memetik labu  Siam, "Maaf, labu Siam. Habis ini aku akan memotong-motongmu. Lalu aku memasakmu menjadi sayur bening labu Siam!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun