Usai salat Dhuha Ma'e pergi ke halaman samping rumah, menengok kebun imutnya.
Ma'e mengambil gembor. Lalu  Ma'e menyiram tanaman dengan air cucian beras kemarin. Tanaman yang mendapatkan prioritas siraman air cucian beras adalah  alokasia, monstera dan aglonema.  Sisa air cucian beras Ma'e siramkan ke tanaman berbunga seperti  melati, mawar, gardenia, kemuning, aster, dahlia dan anggrek.  Sedangkan  "mont rose", lavender, telang, vinca dan beberapa tanaman berbunga lainnya cukup Ma'e siram dengan air biasa. Karena dengan izin-Nya mereka sudah bisa berbunga selama mendapatkan sinar matahari langsung.
Ketika Ma'e tengah asyik menyiram bunga, pedagang tempe mendatangi  rumahnya.  Lalu ia menyerahkan tas kresek kecil berisi tempe kepada Ma'e. "Ini tempenya, Bu!" Kata Pedagang Tempe.
 "Dari siapa pak?" Tanya Ma'e sambil menerima tas kresek yang berisi tempe mentah.
"Maaf Bu. Orangnya tidak mau diketahui namanya," jawab pedagang tempe.
"Baiklah. Terima kasih. Semoga Allah ta'ala memberinya balasan!" Ucap Ma'e.
Pedagang tempe itu pergi setelah mengucapkan salam. Ma'e menaruh tempe di atas meja di dekat situ. Lalu Ma'e melanjutkan pekerjaannya.
Ma'e merunduk-runduk  di bawah pohon murbei. Mengintai burung kecil yang sedang berkicau sambil terbang dari satu dahan ke dahan lainnya. "Qodarullah" induknya membuatkan sarang di atas pohon murbei.
Tiba-tiba mata Ma'e tertumbuk pada sebuah benda hijau berbentuk oval yang menggelantung di antara  dedaunan labu Siam. Beberapa waktu sebelumnya memang  Ma'e mengalungkan batang tanaman labu Siam ke cabang  pohon kersen--pohon  yang tumbuh di dekat pohon murbei. Melihat  labu Siam sudah berbuah  cukup besar, hati Ma'e langsung melonjak kegirangan. "Akhirnya kau berbuah juga labu Siam. " Ucap batin Ma'e
"Alhamdulillah. Setelah setahun lebih Ma'e merawatku... akhirnya aku berbuah, " Â sahut Labu Siam kalem.
Tak lama kemudian Ma'e  memetik labu  Siam, "Maaf, labu Siam. Habis ini aku akan memotong-motongmu. Lalu aku memasakmu menjadi sayur bening labu Siam!"